Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa, Pahami Bedanya Gurindam, Pantun, dan Syair

Kompas.com - 20/11/2021, 10:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan wilayah negara yang begitu luas baik secara daratan maupun kemaritiman.

Tak heran, Indonesia memiliki beragam kekayaan flora dan fauna. Termasuk, beragam suku, budaya, di masing-masing daerah.

Salah satu bentuk karya sastra nusantara yang banyak diciptakan di masa lalu adalah puisi rakyat. Apakah kamu sudah pernah mendengar istilah Puisi Rakyat? Apakah itu Puisi Rakyat?

Dilansir dari laman Direktorat Jenderal SMP Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Puisi rakyat adalah warisan bangsa berupa puisi, syair, pantun, dan gurindam, yang memiliki nilai pesan moral, agama, dan budi pekerti.

Baca juga: Sudah Ada sejak Zaman Hindu Buddha, Ini Sejarah Jamu Gendong

Puisi lama biasanya disampaikan dari mulut ke mulut dan biasanya tidak diketahui penulis atau pengarangnya.

Puisi lama terlihat kaku karena aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris, jumlah baris dalam tiap bait, dan juga pengulangan kata yang bisa di awal atau di akhir sajak atau yang dikenal dengan sebutan rima. Untuk memahami lebih jauh mengenai puisi rakyat, simak penjelasan berikut ini.

Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam berarti “mulamula” atau “perumpamaan”.

Gurindam sarat nilai agama dan moral. Tak dimungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan norma dalam kehidupan. Gurindam memiliki ciri khas sebagai berikut:

Baca juga: Cerita Guru dan Murid SD Jalani Asesmen Nasional untuk Pertama Kali

  • Terdiri atas dua baris dalam sebait
  • Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata
  • Tiap baris memiliki rima sama atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya
  • Merupakan satu kesatuan yang utuh.
  • Baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian
  • Baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama (isi atau maksud gurindam terdapat pada baris kedua)
  • Isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara

Pantun

Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun dikenal dengan banyak nama di berbagai bahasa di Nusantara.

Misalnya, tonton (bahasa Tagalog), tuntun (bahasa Jawa), pantun (bahasa Toba) yang memiliki arti kurang lebih sama, yaitu sesuatu ucapan yang teratur, arahan yang mendidik, bentuk kesantunan. Ciri-ciri pantun antara lain:

  • Tiap bait terdiri dari 4 baris atau 4 larik.
  • Tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
  • Rima akhir tiap baris adalah a-b-a-b.
  • Baris 1 dan 2 adalah sampiran.
  • Baris 3 dan 4 adalah isi

Baca juga: Mengapa Hiu Takut Lumba-Lumba? Ini 5 Alasannya

Syair

Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia.

Kata atau istilah syair berasal dari bahasa arab yaitu syi’ir atau syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu’ur berkembang menjadi syi’ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.

Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab. Ciri-ciri syair antara lain:

  • Setiap bait terdiri dari empat baris.
  • Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
  • Bersajak a-a-a-a.
  • Semua baris adalah isi.
  • Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau