KOMPAS.com - Berada dalam usia paling produktif dalam beberapa tahun ke depan, Generasi Z (Gen Z) akan segera menguasai pasar tenaga kerja dan mengisi pos-pos strategis dalam dunia kerja.
Namun, survei yang dilakukan oleh Kronos Incorporated (2019) kepada 3.400 responden dari seluruh dunia, menunjukkan bahwa hanya 44 persen Gen Z yang menyukai bekerja dalam tim bersama rekan kerja secara langsung.
Survei tersebut juga menemukan bahwa Gen Z ternyata belum terlalu percaya diri untuk memasuki dunia kerja karena sebanyak 34 persen dari responden mengaku cemas dan merasa tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk sukses di dunia kerja.
Baca juga: Beasiswa S1 Korea Selatan, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 10 Juta Per Bulan
Sementara itu, 20 persen di antaranya merasa kurang termotivasi. Sedangkan 17 persen lainnya selalu merasa rendah diri. Padahal, kepercayaan diri berpotensi melahirkan inovasi di tempat kerja.
Sebagai bagian dari Gen Z, Ismail Marosy, Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Pertamina membagikan ceritanya tentang pentingnya membangun kepercayaan diri agar dapat bersaing di bursa kerja nantinya.
“Meskipun dilahirkan di tengah kemajuan teknologi yang seharusnya memberi keuntungan, Gen Z tumbuh dalam asuhan yang bisa dikatakan sangat protektif. Kami dibesarkan di tengah kondisi dunia yang serba tidak menentu. Karenanya, kami kesulitan dalam mempersepsikan dunia, dan memiliki kekhawatiran dalam berkomunikasi dengan publik,” ungkap Ismail dalam keterangan tertulis Universitas Pertamina.
Namun, menurut Ismail, bukan berarti Gen Z tidak bersosialisasi dengan lingkungan.
“Kami tetap menyukai kegiatan bertukar pendapat. Tetapi biasanya, kami akan lebih memilih untuk berdiskusi dengan komunitas atau kelompok di forum tertentu. Hal ini disebabkan terutama karena minimnya kepercayaan diri yang kami miliki untuk menerima respon atau judgment dari publik terhadap pendapat kami,” pungkas Ismail.
Baca juga: Beasiswa S2 di Swedia 2022, Kuliah Gratis dan Uang Saku Rp 15 Juta Per Bulan
Karena itu, Ismail dan kawan-kawannya mulai memberanikan diri untuk mengemukakan pendapat secara bijak di ruang publik.
Selain melalui tulisan ilmiah dan tulisan di media sosial, mereka juga mengikuti kegiatan diskusi mahasiswa di luar perkuliahan.
Alhasil, bersama rekan-rekan satu kampusnya, Aulia Afifatuz Z., dan Syarif Hidayatullah, Ismail meraih Juara 2 lomba debat bertajuk "Spirit Moving Action To Prove Our Creativity With Sport and Art" yang dilaksanakan oleh UKM Pramuka Universitas Sriwijaya, beberapa waktu lalu.
Tema besar dari lomba tersebut adalah membangun Indonesia bangkit dari pandemi. Berbagai isu dibahas, mulai dari kebangkitan industri pariwisata, kesiapan ekonomi, regulasi, lingkungan, hingga isu terkait kesehatan, seperti vaksinasi.
“Melalui perlombaan tersebut, kami belajar bahwa untuk bisa bijak berpendapat di ruang publik, kami harus memiliki dasar pengetahuan tentang isu yang dibahas. Misalnya dengan membaca informasi dasar dari sumber-sumber yang kredibel. Jika perlu, lakukan verifikasi ulang untuk setiap informasi yang kita baca dan cek kebaharuannya,” tutur Ismail.
Baca juga: 5 Beasiswa S2 Luar Negeri yang Terima IPK di Bawah 3
Tak dipungkiri, kehadiran mata kuliah Creative Problem Solving (CPS) dan Critical Thinking (CT) yang diberikan di kelas, menurut Ismail membantunya dan tim dalam menyusun strategi dan menuliskan gagasan secara terstruktur.
Selain itu, keterlibatannya dalam kegiatan kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, dan Unik Kegiatan Mahasiswa lainnya, membantu Ismail dan tim melatih kepercayaan diri mereka untuk berbicara di depan khalayak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.