Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyaring Air Bersih, Mahasiswa UP Manfaatkan Limbah Kakao

Kompas.com - 23/12/2021, 15:49 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi ketersediaan air per kapita di Indonesia pada tahun 2035 mendatang hanya berjumlah 181.498 meter kubik per kapita per tahun.

Angka tersebut berkurang jauh dari ketersediaan pada tahun 2010 yang mencapai 265.420 meter kubik per kapita per tahun.

Di daerah pesisir Jakarta misalnya, air bersih adalah barang mewah yang hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu. Sebagian besar air tanah di wilayah ini sudah terintrusi oleh air laut, sehingga tak layak konsumsi.

Terlebih di tengah musim hujan, beberapa wilayah di Indonesia kembali dihadapkan pada dua masalah besar, yakni banjir dan krisis air bersih.

Baca juga: BCA Buka Magang Bakti bagi Lulusan SMA-SMK, D1-D3 dan S1, Yuk Daftar

Pengelolaan air yang tak bijak, disinyalir menjadi salah satu penyebab kedua masalah tersebut.

Mahasiswa Universitas Pertamina, Bagus Mahendra yang peduli pada isu ketersediaan air bersih mencoba mencari solusi ketersediaan air bersih.

Dengan bimbingan dosen di Program Studi Kimia, saya dan tim mencoba memanfaatkan limbah kulit cokelat atau kakao dalam percobaannya. Limbah kulit kakao ia gunakan untuk menyaring air laut agar bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Dengan bimbingan dosen di Program Studi Kimia, saya dan tim mencoba memanfaatkan limbah kulit cokelat atau kakao untuk mengurangi kandungan garam pada air laut dan air payau dengan metode desalinasi. Sehingga, air yang telah didesalinasi ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ungkap Bagus dalam keterangan tertulis Universitas Pertamina, Kamis (23/12/2021).

Selain berpotensi mengamankan jumlah cadangan air bersih, inovasi ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat lebih bijak dalam menggunakan air tanah.

Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa Kuliah Merdeka Belajar, Mahasiswa Yuk Daftar

“Air tanah yang dikuras secara terus menerus, apalagi secara ilegal, akan berdampak pada menurunnya permukaan tanah. Juga meningkatkan risiko tenggelamnya wilayah tersebut,” ujar Bagus.

Pemanfaatan limbah kulit cokelat ini, lanjut Bagus, juga dapat menjadi bagian dari kampanye zero-waste lifestyle dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya poin 12, yakni responsible consumption and production.

Inovasi Bagus dan rekan satu timnya, Rafkita Shelly dan Oktaviani Wulandari, pernah diikutsertakan di ajang Mechanical Engineering Research Day yang diselenggarakan oleh FKM Universiti Teknikal Melaka, Malaysia, berkolaborasi dengan Center for Advanced Research on Energy dan Graduate School of Engineering Nagoya University Japan, pada 2020 lalu. Tim membawa pulang penghargaan Best Poster Award.

Bagus juga berkesempatan menginspirasi para mahasiswa Universitas Pertamina dengan memaparkan inovasinya di acara UP Annual Student Conference, yang dilaksanakan pada tanggal 9 hingga 11 Desember 2021 lalu.

Baca juga: Mahasiswa D3-S1 Butuh Biaya Kuliah? Segera Daftar Beasiswa Ini

Tak kurang dari 160 mahasiswa mempresentasikan karyanya di ajang tahunan tersebut. Para mahasiswa merupakan inovator, entrepreneur, dan peraih penghargaan di berbagai bidang kejuaraan.

Dalam hal riset, meskipun di usia yang baru menginjak tahun ke-5, Universitas Pertamina telah menduduki posisi ke-71 sebagai perguruan tinggi dengan produktivitas publikasi riset terbaik di level nasional versi Website Science and Technology Index (SINTA) milik Kemendikbud Ristek.

Berkat prestasinya tersebut, Universitas Pertamina berhasil meraih penghargaan Top 100 Affiliation by Overall SINTA Score dari Kemendikbud Ristek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com