KOMPAS.com - Tim peneliti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dari Pusat Penelitian Mitigasi, Kebencanaan, dan Perubahan Iklim (MKPI) tengah merumuskan konsep hunian yang ramah terhadap bencana alam.
Konsep hybrid hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap) pascabencana Gunung Semeru menjadi upaya ITS menghadirkan solusi bagi korban erupsi Gunung Semeru.
Peneliti dari Departemen Arsitektur, Johanes Krisdianto memaparkan konsep dari rumah tahan gempa dan abu vulkanik tersebut.
Ia mengatakan, rumah dibentuk dengan atap yang mampu menahan curahan abu vulkanik gunung berapi. Selain itu, rumah berbahan material sederhana, kokoh, dan mudah dicari di daerah Semeru.
Baca juga: Beasiswa Guru Training ke Jepang 2022, Tunjangan Rp 17 Juta Per Bulan
“Hal ini dilakukan untuk mempermudah masyarakat desa dalam mengembangkan rumah mereka secara mandiri tanpa keahlian khusus,” jelasnya seperti dilansir dari laman ITS.
Sementara itu, peneliti dari Departemen Teknik Sipil, Bambang Piscesa menambahkan bahwa rumah yang dikonsep oleh tim ITS ini dapat dibangun dengan cepat dan dapat dipindahkan secara mudah.
Oleh karena itu, Bambang berpendapat bahwa bahan material yang digunakan harus ringan sehingga dapat dipindahkan dengan mudah dan tidak mudah roboh ketika terkena dampak gempa.
“Rumah tersebut sudah memiliki fasilitas sesuai standar rumah inti, yaitu terdapat kamar mandi, kamar tidur, maupun dapur,” bebernya.
Ia berharap konsep ini dapat segera direalisasikan. Sehingga, rumah yang dibangun ke depannya bisa lebih ramah terhadap bencana alam, khususnya di daerah kaki Gunung Semeru.
“Kami berharap rumah tersebut bisa lebih resilien dan tidak mudah roboh,” tutur Bambang.
Baca juga: 5 Beasiswa S2 Luar Negeri yang Terima IPK di Bawah 3
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.