Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter RSND Undip Jelaskan Gejala DBD dan Cara Mencegahnya

Kompas.com - 03/01/2022, 16:20 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Masyarakat diminta untuk segera melakukan pencegahan terhadap ancaman berbagai penyakit terutama Demam Berdarah Dengue (DBD).

DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Sejauh ini diketahui, DBD ditularkan oleh gigitan nyamuk.

Ada dua jenis nyamuk sebagai perantara penularan virus dengue terhadap tubuh seorang manusia hingga menjadi penyakit DBD, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Universitas Diponegoro (Undip), Nahwa Arkhaesi mengatakan bahwa DBD dapat menyerang segala usia mulai dari bayi sampai usia lanjut.

Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa Kuliah Merdeka Belajar, Mahasiswa Yuk Daftar

“DBD terjadi pada musim peralihan, hujan yang diselingi dengan panas dan akan kita temukan misalnya di luar rumah seperti di pelepah-pelepah pohon atau daun terdapat air hujan yang tersisa, itu bisa menjadi tempat perindukan nyamuk, sehingga nyamuk akan lebih banyak di masa-masa itu dan angka kejadian dengue akan meningkat,” tutur Nahwa seperti dilansir dari laman Undip.

Gejala DBD

Gejala pertama infeksi DBD yang muncul, lanjut dia, adalah demam.

"Yang kita lakukan adalah menurunkan demamnya dengan obat penurun panas, kemudian sering minum. Akan tetapi jangan heran jika sudah turun naik lagi, hal tersebut adalah fase demam dan tidak perlu terlalu panik," ujarnya.

"Obat penurun panas yang diperbolehkan khusus untuk dengue adalah paracetamol” imbuh dia.

Untuk mencegah dehidrasi ia merekomendasikan untuk mengonsumsi air putih atau susu, selama minuman tidak berwarna merah atau cokelat.

"Karena dikhawatirkan pada saat muntah apakah ini darah atau warna susu," ujarnya.

Baca juga: Cara Ampuh Usir Tikus di Rumah ala Ahli Tikus IPB

Nahwa menyampaikan fase atau siklus demam berdarah (DBD) diawali dengan fase demam yang terjadi segera setelah virus mulai menginfeksi.

Demam tinggi biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari. Rata-rata hari keempat sudah mulai masuk ke fase kritis, selanjutnya adalah fase penyembuhan.

"Apabila ada keluhan demam tinggi harap lebih waspada, jika demam sudah diturunkan, tetapi masih mengalami demam selama 2 hingga 3 hari mohon segera berobat,” pesan Nahwa.

Masalah timbulnya pendarahan, hal itu karena trombosit turun jadi risiko pendarahan ada tetapi tidak selalu muncul, setiap anak berbeda-beda.

Pendarahan bisa muncul di fase demam, dan apabila pada fase kritis tidak teratasi maka akan lebih parah pendarahannya sebab yang dikhawatirkan adalah bocornya pembuluh darah.

Cara mencegah DBD

Untuk mengurangi risiko DBD, Nahwa memberikan sejumlah tips. Pertama, ia mengimbau masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan di luar maupun di dalam rumah terutama tempat-tempat penampungan air atau yang tanpa sengaja air tertampung.

Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit

"Kebersihan lingkungan ditingkatkan, bak-bak mandi atau tandon-tandon air harus sering disikat, kunci pencegahan intinya adalah jangan biarkan ada air yang tergenang, membersihkan sampah-sampah yang menimbulkan timbunan air," sarannya.

Selain itu ia mengatakan agar tidak abaikan 3 M, yakni mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air, dan menguras bak mandi.

Terkait pandemi Covid-19 yang belum berakhir, ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga prokes menerapkan perilaku hidup bersih, sehat dan makan bergizi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau