Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim ITS Ajari Masyarakat Ubah Limbah Perikanan Jadi Gelatin

Kompas.com - 10/01/2022, 10:50 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia memiliki kekayaan bahari yang sangat banyak. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, hasil perikanan Indonesia juga banyak yang diekspor ke luar negeri.

Namun berkembangnya industri perikanan berimbas kepada tingginya limbah yang dihasilkan. Pengelolaan limbah perikanan ini menjadi ide tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Mereka mendirikan Usaha Kecil Menengah (UKM) Berlian Laut Pact memproduksi gelatin dari limbah perikanan bagi masyarakat setempat.

Ketua KKN Abmas ITS Lukman Atmaja mengatakan, jika limbah industri perikanan sebenarnya dapat diolah secara kimia menjadi bahan lain dan memiliki nilai tambah ekonomi yakni gelatin.

Baca juga: Ditjen Vokasi Siap Kembangkan SDM Unggul di Industri Game

Limbah ikan diubah jadi gelatin

Limbah yang dapat digunakan meliputi ikan tuna, ikan kakap, dan ikan laut lain yang cukup diambil tulang serta kulitnya saja. Selain itu, air serta zat asam dan basa juga diperlukan dalam pembuatan gelatin.

"Dalam pengolahannya, diperlukan alat ekstraktor, oven, kulkas, pengukur keasaman, serta alat-alat pembantu seperti ember, timbangan, dan alat penyaring," terang Lukman seperti dikutip dari laman ITS, Senin (10/1/2022).

Menurutnya, masyarakat Pacitan, Jawa Timur umumnya kerap menyulap limbah menjadi tepung ikan untuk pakan ternak.

"Meski prosesnya sederhana, kekurangan produk ini adalah kandungan nutrisi yang tidak begitu besar dan harga yang kurang bersaing dengan pasar," papar Lukman.

Baca juga: Masuk 10 Besar Kampus Paling Lestari, Ini Upaya UII Jaga Lingkungannya

Ajarkan prosedur pembuatan gelatin

Sebelumnya, tim KKN Abmas ITS telah melakukan penggalian potensi sumber bahan baku dan sumber daya manusia (SDM) yang terkait dengan produksi gelatin ikan.

"Saat itu kami melakukan studi literatur, kunjungan ke Kantor Dinas Perikanan Pacitan, dan meninjau lokasi produksi," jelas dosen Departemen Kimia ITS tersebut.

Tim KKN Abmas ITS kemudian melakukan sosialisasi prosedur pembuatan gelatin, pengenalan cara kerja alat kepada para stakeholders UKM. Selain itu tim juga melakukan kunjungan ke beberapa alternatif lokasi produksi oleh tim.

Tim KKN Abmas ITS juga membuka konsultasi dan pendampingan daring untuk mempermudah proses produksi sekaligus pemasaran produk UKM Berlian yang berlokasi di Lingkungan Kebon, Ploso, Pacitan, Jawa Timur.

Baca juga: Ikut SNMPTN 2022? Cek Dulu 20 Prodi Saintek Terketat Tahun Lalu

Kegiatan yang berlangsung sejak Agustus hingga Desember ini diikuti oleh enam dosen yang terdiri dari Lukman Atmaja, Didik Prasetyoko, Djoko Hartanto, Eko Santoso dan Setiyo Gunawan.

"Selain itu, 14 mahasiswa dari Departemen Biologi dan Kimia ITS juga turut bergabung dalam merampungkan kegiatan ini," ungkap Lukman.

Beri manfaat bagi masyarakat

Selama kegiatan berlangsung, Lukman mengaku mengalami sedikit kendala dikarenakan produksi gelatin ini mengharuskan masyarakat setempat terampil tentang proses kimia.
Untuk itu, tim KKN Abmas ITS akan terus melakukan pembinaan walaupun periode pelaksanaan KKN telah berakhir.

"Respons yang kami dapat dari masyarakat sekitar usai kegiatan konsultasi pun cukup baik," tandas Lukman.

Baca juga: Mahasiswa Vokasi, Buruan Daftar Program MSIB dan Peroleh Manfaatnya

Lukman berharap UKM ini dapat memberikan untung pada enam sampai delapan bulan setelah pendiriannya. Dengan begitu, UKM ini akan turun membantu penyediaan gelatin halal khususnya di kawasan Jawa Timur.

"Saya berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi masyarakat Pacitan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com