KOMPAS.com - Hasil evaluasi yang dilakukan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi(Kemendikbud Ristek) menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat lebih maju empat sampai lima bulan belajar daripada yang menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh.
Berdasarkan hasil tersebut, Kemendikbud Ristek terus menyusun strategi untuk mengatasi kehilangan pembelajaran (learning loss) yang dialami siswa selama pembelajaran jarak jauh di masa pandemi.
Kemendikbud Ristek berencana akan memberikan opsi kebijakan kurikulum untuk pemulihan pembelajaran, salah satunya melalui Kurikulum Prototipe yang merupakan lanjutan dari Kurikulum Masa Khusus Pandemi Covid-19 atau Kurikulum Darurat.
Baca juga: Kurikulum Prototipe 2022, Kemendikbud Fasilitasi Kepsek dan Guru Pelatihan
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Zulfikri menyampaikan bahwa melalui Kurikulum Prototipe, Kemendikbud Ristek mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.
Penerapan Kurikulum Prototipe, lanjut dia, tidak akan diwajibkan oleh pemerintah kepada sekolah, melainkan ditawarkan sebagai opsi atau pilihan.
“Bukan sekadar menjadi kebijakan yang wajib dilaksanakan. Yang terpenting adalah menjadi sebuah gerakan perubahan, paradigma baru pendidikan, di mana kita lebih berfokus pada kebutuhan anak dalam pembelajaran,” ujar Zulfikri seperti dilansir dari laman GTK Kemendikbud Ristek.
Kurikulum Prototipe akan mulai ditawarkan secara lebih masif pada tahun 2022 hingga 2024. Kemendikbud Ristek akan memberikan bimbingan intensif mengenai Kurikulum Prototipe kepada sekolah dan dinas pendidikan melalui unit di pusat dan di daerah.
Baca juga: Biaya Kuliah S1 Kedokteran di UI, UGM, Undip, Unpad, Unair
“Bapak dan Ibu guru diberikan kesempatan untuk terlibat aktif di dalam memberikan masukan kepada kita terkait penerapan Kurikulum Prototipe selama dua tahun ke depan,” tutur Zulfikri.
Zulfikri menerangkan, penerapan Kurikulum Prototipe menjadi strategi percepatan pemulihan pendidikan dan memitigasi kehilangan pembelajaran (learning loss) akibat pandemi.
Hal tersebut, terang dia, tercermin dalam karakteristik Kurikulum Prototipe, yakni:
1. Fleksibilitas bagi guru
Guru memiliki kesempatan melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik (teach at the right level).
“Kita menyadari bahwa dunia pendidikan belum sepenuhnya memberikan layanan kepada anak. Anak belum mendapatkan cukup ruang untuk mengeksplorasi kemampuan mereka, minat mereka, dan pilihan-pilihan gaya belajar misalnya,” terangnya.
Baca juga: BCA Buka Magang Bakti Lulusan SMA-SMK dan D1-S1, Ini Cara Daftar
2. Fokus pada materi esensial
Sehingga guru punya cukup waktu untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi.
“Materi yang padat itu cenderung membuat guru menceramahi anak tentang materi yang ada, dari awal sampai akhir, kemudian mengejar target kompetensi, sehingga tidak sempat mengecek apakah anak sudah paham atau tidak,” ungkap Zulfikri.
3. Kurikulum Prototipe akan mendorong pembelajaran berbasis proyek.
Bertujuan untuk pengembangan keterampilan nonteknis (soft skills) dan karakter Profil Pelajar Pancasila yaitu keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan global, kemandirian, nalar kritis, dan kreativitas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.