Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenalkan Etno-informatika, Guru Besar Unpad Raih Rekor Muri

Kompas.com - 18/02/2022, 19:07 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Atje Setiawan Abdullah meraih rekor Musem Rekor-Dunia Indonesia (MURI) untuk bidang kajian Etno-informatika.

Tim MURI menilai, Prof. Atje menjadi orang pertama yang mengenalkan kajian Etno-informatika di Indonesia bahkan dunia.

Pada awalnya, guru besar bidang Ilmu Data Mining ini melakukan penelitian kecil yang berkaitan dengan budaya Sunda.

Prof. Atje bercerita kalau ia tidak mengira apa yang sudah ditekuninya selama lebih dari 8 tahun ini berhasil mencetak rekor dunia.

Baca juga: Biaya Kuliah S1 Unpad 2022 Jalur SNMPTN-SBMPTN untuk Tiap Prodi

“Pada waktu itu, Unpad punya program ‘Unpad Nyaah ka Jabar’. Dari sana, saya jadi berpikir, apa yang bisa direalisasikan dalam program yang digabungkan ke dalam pelestarian budaya pada salah satu pilar penelitian Unpad,” kata guru besar dari Departemen Ilmu Komputer FMIPA Unpad, seperti dilansir dari laman Unpad.

Pemikiran itu kemudian ditambah dengan dorongan bahwa penelitian harus memiliki manfaat pada masyarakat. Berangkat dari dua arah tersebut, Prof. Atje mulai menganalisis berbagai data seputar masyarakat dan budaya.

Ajak masyarakat memperhatikan eksistensi budaya dan bahasa daerah

Salah satu penelitiannya yang populer adalah klasifikasi nama orang (Antroponimi) di Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat serta Kota Cimahi.

Ia mengklasifikasikan nama-nama yang kerap digunakan masyarakat Sunda di satu wilayah serta nama-nama desa di Indonesia melalui proses penambangan data (Data Mining).

Data yang dihasilkan setidaknya dapat memberi gambaran mengenai kondisi pelestarian budaya di masyarakat Sunda. Prof. Atje mengatakan, kajian ini bukan untuk mengembalikan fenomena ke zaman dulu, namun untuk mengajak masyarakat agar lebih memperhatikan eksistensi budaya dan bahasa daerah saat ini dan masa mendatang.

Baca juga: Sea Buka Beasiswa Penuh 2022 di UI, UGM, ITB, IPB, Binus, IT Del

“Kita tidak bisa mencegah perubahan budaya secara langsung sesuai perkembangan zaman. Akan tetapi setidaknya membantu pemerintah dalam memelihara dan melestarikan budaya-budaya yang hampir hilang itu,” kata Prof. Atje.

Selain menemukan irisan nama-nama populer digunakan, Prof. Atje berhasil menemukan nama-nama yang relatif hilang atau nama baru yang muncul dalam beberapa tahun terakhir di Sumedang.

Total ada 10 nama populer di wilayah Sumedang yang berhasil dihimpun oleh Prof. Atje.

Ia juga melakukan penelitian mengenai klasifikasi nama tempat (Toponimi) di Indonesia menggunakan data nama desa seluruh Indonesia yang dikeluarkan Badan Informasi Geospasial.

Melalui analisis matematis yang dilakukan, ia menemukan ada irisan nama-nama desa yang sering muncul di berbagai wilayah di seluruh Indonesia yang dibagi ke dalam 6 pulau besar.

Baca juga: Beasiswa S1-S2 ke Taiwan 2022 Dibuka, Tunjangan Rp 10 Juta Per Bulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap wilayah di Indonesia memiliki kekhasan dan perbedaan. Dalam prakteknya, terang dia, kita harus menghargai perbedaan dan menjunjung kebersamaan yang menggambarkan “Bhinneka Tunggal Ika”.

Pengolahan data Etno-informatika untuk Antroponimi dan Toponimi dilakukan menggunakan pemrograman Java dan perangkat lunak yang dibangun telah mendapatkan Hak Cipta dari Kemenkumham Republik Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau