Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Cara Deteksi Kanker Serviks, Banyak Menyerang Wanita Indonesia

Kompas.com - 17/03/2022, 14:53 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Kanker serviks menjadi salah satu kanker yang menyeramkan bagi wanita Indonesia karena menempati peringkat kedua untuk jenis kanker yang paling banyak ditemui setelah kanker payudara.

Hal tersebut dipaparkan oleh dr. M. Ary Zucha, Ph.D, Sp.OG, dari Departemen Obstetri dan Ginekologi, FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM).

Zucha memaparkan bahwa terdapat dua kelompok virus HPV, yaitu HPV risiko tinggi dan HPV risiko rendah.

HPV risiko tinggi dikaitkan dengan perkembangan menjadi kanker serviks, sedangkan HPV risiko rendah tidak menyebabkan kanker serviks tapi menyebabkan kutil.

Baca juga: ITB Buka Lowongan Kerja Dosen Tetap di 12 Fakultas, Simak Syaratnya

“Yang ganas atau berisiko tinggi, yaitu kelompok HPV yang menyebabkan kanker, misalnya tipe 16 dan 18. Sedangkan yang berisiko rendah tidak menyebabkan kanker, tetapi menyebabkan kutil, misalnya tipe 6 dan 11,” papar Zucha pada Senin (14/3/2022), seperti dilansir dari laman UGM.

Sangat bisa dicegah

Meski menyeramkan, Zucha mengatakan bahwa kanker serviks sangat bisa dicegah.

"Jadi ini suatu kanker yang sangat preventable. Kanker serviks ini sangat berhubungan dengan kejadian infeksi virus HPV (humanpapilloma virus). Sebagian besar penularannya melalui kontak seksual. Kedua, non-seksual, misalnya melalui pakaian dalam yang berganti-ganti orang, kurang bersih, sarung tangan dokter yang tidak berganti setiap pasien, dan sebagainya,” ujar Zucha.

Pencegahan kanker serviks, menurut Zucha bisa dilakukan dengan vaksinasi HPV/humanpapilloma virus (pencegahan primer) dan lesi prakanker (pencegahan sekunder).

Vaksinasi atau imunisasi HPV dilakukan untuk mencegah infeksi virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

Ia menjelaskan, proses terjadinya kanker panjang, dari pertama kali terinfeksi HPV sampai menjadi kanker membutuhkan proses 3-17 tahun.

Dalam prosesnya, dari infeksi HPV sampai jadi kanker melewati suatu proses panjang yang dinamakan lesi pra kanker.

"Kita anggaplah luka, jadi ada luka yang terjadi karena infeksi HPV namun belum bisa dianggap kanker. Oleh karena itu pencegahan kanker serviks itu ada 2, satu yaitu pencegahan primer, kedua adalah deteksi dini dengan cara mengenali (lesi prakanker), sudah terinfeksi tapi jangan sampai jadi kanker,” paparnya.

Zucha menyarankan kepada masyarakat untuk melakukan skrinning kanker serviks dengan menjalani pap smear atau IVA di puskesmas/bidan/dokter terdekat.

“Apabila kita mengenali lesi prakanker atau sebelum terjadinya kanker serviks dan kita obati, maka angka kesembuhannya 86-95 persen. Jadi kalau kita mengetahui dari awal, angka kesembuhannya tinggi sekali," jelasnya.

Baca juga: Biaya Kuliah Kedokteran 2022: UGM, UI, Undip, Unpad

Jika dideteksi atau di diagnosis pada stadium awal, terang dia, masih bisa dioperasi dan pengobatannya tuntas, angka kesembuhannya juga semakin baik.

"Namun, semakin stadium lanjut, maka angka kesembuhannya rendah. Oleh karena itu, saya mempromosikan untuk skrinning kanker serviks di puskesmas atau dokter untuk mendeteksi sedini mungkin lesi prakanker,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com