Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/03/2022, 16:33 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - McKinsey dalam survei Tahun 2019 mencatat, keragaman etnis atau budaya telah berhasil meningkatkan profit perusahaan hingga 36 persen. Sementara itu, Worth Newsletter mengatakan, perusahaan yang mengedepankan inklusif dan keragaman di lingkungan kerja berpotensi dua kali lipat lebih inovatif.

Tak heran, jika pada akhirnya perusahaan berbondong-bondong merekrut pegawai dengan etnis, budaya, bahkan kewarganegaraan yang beragam.

Evi Sofia, Dosen Program Studi Manajemen sekaligus pakar Manajemen SDM Universitas Pertamina mengungkapkan, komunikasi antar budaya (intercultural communication) menjadi penting untuk dikuasai oleh para pencari kerja.

Baca juga: 5 Perguruan Tinggi BUMN Buka Pendaftaran 2022, Pertamina hingga PLN

Ia pun menekankan kepada mahasiswa untuk dapat menguasai setidaknya tiga literasi utama, sebelum memasuki dunia kerja profesional.

Tiga skill utama tersebut yakni Literasi Data, Literasi Teknologi dan Literasi Manusia.

"Komunikasi antar budaya yang termasuk dalam Literasi Manusia, menjadi kemampuan wajib bagi tenaga kerja untuk mengungguli bursa kerja saat ini,” ujarnya dalam wawancara daring Universitas Pertamina, Senin (21/03/2022).

Hal tersebut dirasakan Ave Maria Georgina, Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Pertamina. Menurutnya, keterampilan komunikasi antarbudaya bukanlah hal baru di era sekarang.

Itulah mengapa, selama kuliah ia telah rajin membekali diri dengan keterampilan tersebut. Tak hanya aktif mengikuti berbagai kejuaraan di kancah internasional, Gina juga memberanikan diri untuk menulis skripsi dalam Bahasa Inggris dengan topik yang sangat strategis, yakni "Implementasi Doktrin Maritim Mavi Vatan dalam Kontestasi Turki dengan Yunani di Laut Mediterania Timur".

Baca juga: BCA Buka Magang Bakti 1 Tahun Lulusan SMA-SMK dan D1-S1, Segera Daftar

Tak disangka, skripsi yang ditulis Gina menarik perhatian salah satu profesor dari Marmara University, Turki, yakni Prof. Omer Faruk Genckaya.

“Saya mendapat kesempatan untuk dibimbing dan diberikan akses data, bahkan diuji secara langsung oleh beliau dalam ujian skripsi. Puji syukur saya bisa melaluinya tanpa kesulitan yang berarti. Selain memahami topik dan isu skripsi secara mendalam, saya juga berusaha untuk mengaplikasikan metode komunikasi antar budaya selama ujian skripsi berlangsung. Kalau di ilmu Hubungan Internasional, kemampuan ini merupakan bagian dari keterampilan diplomasi dan negosiasi,” ungkap Gina.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com