KOMPAS.com - Dokter Klinik Pusat Layanan Kesehatan Universitas Airlangga (PLK Unair), Elfrida Fausthina Lani mengungkap kebiasan mendengkur disebabkan oleh menyempitnya saluran napas.
Dia menyebut, mendengkur dibagi menjadi dua, yakni normal dan tidak normal.
Baca juga: Tahun Ajaran 2022/2023, Unpad Gelar 40 Persen Perkuliahan di Kampus
Mendengkur normal, sebut dia, bisa terjadi saat seseorang mengalami kelelahan.
Saat tidak lagi lelah, maka kebiasaan mendengkur itu akan hilang.
"Bagaimana mendengkur itu yang tidak normal? Itu adalah ketika seseorang itu mengorok tapi dia mempunyai kondisi tidur yang cukup, sekitar 6-8 jam, tapi ketika bangun, rasanya masih ngantuk, tidak fresh. Ketika siang, itu masih ngantuk berat," ucap Elfrida melansir laman Unair, Selasa (10/5/2022).
Keabnormalan itu, lanjut Elfrida, kemudian disebut dengan gangguan apnea tidur obstruktif atau obstructive sleep apnea (OSA).
"Ketika tidur, dia terbangun beberapa kali karena terhenti napasnya selama kurang lebih 10 detik. Otomatis otak akan merangsang kan untuk kita itu harus bernapas, akhirnya (terbangun dengan) kayak terkejut," papar dia.
Elfrida menambahkan, gangguan apnea tidur obstruktif (penyempitan saluran napas) tidak hanya dialami orang-orang berumur.
"Itu karena penyempitannya banyak faktornya, seperti karena otot yang melemah ketika tidur atau ada gangguan pada sarafnya," sebut dia.
Baca juga: Dokter UI: Hepatitis Akut pada Anak Bukan karena Vaksin Covid-19
Dia juga meingingatkan masyarakat untuk tidak menyepelekan kebiasaan mendengkur yang berkelanjutan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.