KOMPAS.com - Ada banyak faktor penyebab seseorang bisa terkena hipertensi. Salah satunya karena faktor keturunan atau bisa pula pola hidup kurang sehat.
Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Rumah Sakit Nasional Diponegoro Universitas Diponegoro (RSND Undip), dr. Pipin Ardhianto, Sp.JP(K), FIHA., tekanan darah ditulis sebagai dua angka.
Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan dalam pembuluh darah saat jantung berkontraksi atau berdenyut. Angka kedua (diastolik) mewakili tekanan di pembuluh darah saat jantung beristirahat di antara detak.
Baca juga: 12 Tips Meredakan Sakit Kepala dari Universitas Nasional
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah melebihi angka 140/90 mmHg.
Ia menjelaskan, hipertensi kronik dan tidak terkontrol meningkatkan risiko gangguan fungsi orgran vital tubuh terutama fungsi otak, mata, ginjal dan jantung.
Penyakit ini menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia. Riset kesehatan dasar menunjukkan hipertensi merupakan faktor risiko penyakit stroke dan jantung paling banyak.
Pasien dengan hipertensi tidak akan bergejala sampai adanya gangguan fungsi salah satu organ di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan jutaan orang tidak menyadari sudah terkena hipertensi.
Kebanyakan pasien mengetahui memiliki hipertensi pada saat stroke, gangguan penglihatan, gangguan fungsi ginjal dan gangguan fungsi jantung terjadi. Dilihat dari sisi pencegahan suatu penyakit maka sebenarnya sudah ‘terlambat’.
Baca juga: Penyebab Gagal Ginjal, Info Stikes Citra Delima
"Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang dikelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah," ujarnya dikutip dari laman Undip, Sabtu (4/6/2022).
Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya adalah:
Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah diantaranya ialah:
Selain itu, penelitian pada masyarakat di Indonesia menemukan bahwa tingginya asupan garam (natrium) merupakan penyebab terbanyak. Natrium terdapat dihampir semua jenis masakan dan makanan yang popular di Indonesia.
Baca juga: Stikes Panti Kosala: Ini Tanda dan Gejala Jantung Koroner
Kandungan natrium semakin tinggi pada penggunan:
Sebagai patokan adalah makanan kemasan dan atau instan hampir pasti memiliki kadar natrium tinggi.
Maka dari itu, menghindari sekuat mungkin konsumsi makanan tersebut mampu mencegah hipertensi dan khususnya bagi pasien hipertensi merupakan terapi utama, selain obat obatan tentunya.
Baca juga: Ners Unair: 6 Vitamin untuk Kulit agar Sehat Berikut Jenis Makanannya