KOMPAS.com - Penculikan anak menjadi salah satu kejahatan yang harus diwaspadai.
Dosen Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (Unair) Primatia Yogi Wulandari mengatakan, seorang anak membutuhkan lingkungan yang aman dan nyaman.
Sedangkan anak yang menjadi korban penculikan akan berada jauh dari lingkungan sekitarnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan anak bisa mengalami kekerasan fisik dan pelecehan seksual. Hal tersebut membuat psikologis korban terdampak.
"Anak yang mengalami trauma akan tampak berbeda dari segi perilaku yang diperlihatkan. Seperti lebih banyak diam dan termenung, menyendiri, mimpi buruk, hingga menangis histeris," kata Primatia seperti dikutip dari laman Unair, Senin (6/6/2022).
Baca juga: Siswa, Kenali 10 Penemuan Penting yang Mengubah Dunia
Dosen yang akrab disapa Mima ini menerangkan, mencegah penculikan anak tentunya akan lebih mudah daripada memulihkan psikologis anak yang telah terdampak.
Mima menuturkan, pengawasan optimal wajib dilakukan ketika anak berada di tempat umum.
"Hindari mengunggah informasi pribadi anak secara detail di media sosial, seperti nama, alamat rumah, sekolah, nomor telepon," terangnya.
Dia menyarankan agar orangtua selektif dalam memilih pengasuh atau tempat penitipan anak.
Selain itu, orangtua juga perlu mempertimbangkan informasi dan catatan terkait latar belakang dari orang bersangkutan tersebut.
Mima berpesan agar para orang tua dapat mengajari anak bersikap ketika menghadapi orang asing.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.