KOMPAS.com - Umumnya, anak sudah mampu mengutarakan keinginan dengan bahasa sederhana yang dimengerti orang dewasa saat berusia dua tahun. Namun, bagaimana jika anak belum bisa mengucapkan kata berarti pada dua tahun?
Program Manager Pendidikan Inklusi Cikal Surabaya, Muthia Devita menjelaskan bahwa dalam fase-fase tumbuh kembang anak sejak usia 1 bulan hingga 12 bulan, orangtua dapat mewaspadai speech delay apabila tidak ada babbling dan belum bisa menunjuk benda atau orang yang sudah dikenalnya.
“Perkembangan bicara pada anak akan berbeda di setiap tahapan usianya. Namun, yang perlu kita waspadai ketika anak belum menunjukkan kemampuan bicara yang sesuai di usianya sejak anak usia 1 bulan hingga 18 bulan,” paparnya dalam keterangan tertulis Sekolah Cikal.
Baca juga: Terkenal Disiplin, Begini Cara Orangtua Jepang Mendidik Anak
Ia pun menjelaskan beberapa tahapan usia perkembangan anak dalam berkomunikasi, yakni:
Memahami bahwa speech delay menjadi salah satu tantangan dalam pemerolehan bahasa dan komunikasi anak, Muthia menyarankan orangtua untuk memahami cara-cara terbaik dalam mendampingi anak dan memahami kebutuhannya.
Baca juga: Psikolog: Ini yang Perlu Disiapkan Orangtua Jelang PTM 100 Persen
Muthia menjelaskan bahwa terdapat 3 cara yang dapat dilakukan oleh orang tua di dalam keseharian bersama anak, antara lain:
Orangtua perlu memahami bahwa dalam proses tumbuh kembangnya, anak-anak harus didampingi dengan kebiasaan berbicara agar kemampuan berbahasanya terstimulasi dengan baik.
Dalam hal ini, orangtua harus dapat memberikan prioritas waktunya untuk membangun kebiasaan berbicara, berkomunikasi, dan bercerita.
“Orangtua harus sering mengajak anak berbicara dan bercerita tentang kegiatan yang telah dilakukan. Dengan melakukan refleksi kegiatan dapat membantu memori bahasa pada anak atau dapat juga membacakan cerita dari buku-buku yang ada,” tutur Muthia.
Baca juga: Batique, Game Pertama di Indonesia untuk Uji Keunikan Kognitif Anak
Muthia mendorong orangtua untuk dapat memberikan kesempatan dan ruang bagi anak berbicara serta menyampaikan pilihan dan keinginannya.
Memberikan anak kesempatan untuk berbicara dapat dilakukan orangtua melalui pertanyaan sederhana, seperti "mau buah apel atau buah jeruk?”.
Sementara untuk menstimulasi anak untuk menyampaikan keinginannya, orangtua dapat memberikan panduan pertanyaan seperti "mau apa?"
"Di sinilah peran orangtua mendampingi anak dengan speech delay,” tambah Muthia.
Baca juga: Kalau Guru Berhenti Belajar, Selesai Sudah Pendidikan Indonesia
Gawai bukanlah jalan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak. Orangtua disarankan dapat membatasi penggunaan gawai anak dan melatihnya berbicara dari hal-hal yang sederhana yang dilakukan bersama.
“Batasi penggunaan gawai pada anak dan menggantinya dengan melatih kemampuan anak dalam berbicara, tentunya perlu dilakukan komunikasi dua arah dengan orangtua secara langsung,” ucapnya.
Dalam mendampingi anak dengan speech delay, kesadaran orangtua sangat penting dan berperan kuat dalam prosesnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.