Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi Unair: Begini Cara Menjaga Keutuhan Keluarga

Kompas.com - 31/07/2022, 07:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Sebenarnya, apa kunci keluarga bisa utuh? Tentu, semua itu dibutuhkan komitmen dari pasangan. Yakni antara suami dan istri.

Menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.kes., kunci sukses lainnya ialah komunikasi terbuka dan adjustment.

Banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pasangan, baik secara fisik, emosi, sosial, bahkan spiritual.

Baca juga: Wujudkan Keluarga Sejahtera, Dokter RSND Undip: Ini Pentingnya KB

"Dalam hal spiritual, istri ingin suami menjadi imam di keluarga. Tetapi kalau suami belum menjadi imam yang baik, bukan menjadi alasan kan kita mengambil imam yang lain," ujarnya dikutip dari laman Unair, Jumat (22/7/2022).

"Sama kemudian jika suaminya melihat istrinya bukan makmum yang baik bukan berarti dia langsung mengambil makmum yang lain. Karena itu ya dikomunikasikan," jelasnya.

Ia menegaskan bahwa setiap pasangan tidak ada yang ketemu pas atau klik banget.

Akan tetapi melalui proses kehidupan itu meyakinkan setiap pasangan, bahwa Tuhan menyatukan pasangan untuk menjadi pakaian satu dengan yang lainnya.

"Apalagi untuk keluarga yang episode honeymoon-nya sudah selesai, yang ketemu hanyalah episode-episode berikutnya.

"Hal-hal kecil kalau itu semua dikomunikasikan bisa jadi selalu ada jalan keluar. Artinya bukan selingkuh yang menjadi jalan keluar," ucapnya.

Baca juga: Ini Manfaat Hidup Rukun bagi Anak Sekolah

Selingkuh tidak dibenarkan

Pakar Konseling dan Psikologi Keluarga Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (FPSi Unair) ini juga memberikan pendapat lain terkait cara menjaga keutuhan keluarga.

Yakni, dalam dunia nyata banyak hal yang ditemukan tidak sama dengan hal-hal ideal yang diharapkan.

Misalnya, ketika suami atau istri jatuh cinta dengan yang bukan pasangannya, suami impoten, atau fase-fase krisis lainnya.

Selingkuh tidak dapat dibenarkan. Menjaga keutuhan keluarga adalah menjadi komitmen bersama.

Karenanya ia berpesan agar tidak mencintai pasangan satu gelas penuh, sisakan bagian yang kosong.

Baca juga: Stikes Panti Kosala: Ini Tanda dan Gejala Jantung Koroner

Artinya cintai yang sewajarnya, karena kalau penuh atau berlebihan itu cinta buta yang mengakibatkan kognitif tidak jalan, emosinya tidak terasah.

"Sehingga ketika kita mencintai secara wajar, realitas kita akan mendominasi kapasitas berpikir," tandas Prof. Nurul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau