Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim UI Inovasi Alat Pemantau Curah Hujan

Kompas.com - 30/08/2022, 14:40 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Tim dari Universitas Indonesia (UI) menciptakan alat pemantau curah hujan. Ada beberapa keunggulan dari alat yang diberi nama Pantir tersebut.

Menurut ketua tim dari Departemen Geosains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) Dr. Eng. Supriyanto, alat tersebut dibuat karena di sungai sering terjadi banjir.

Adapun beberapa kemampuan dari Pantir yaitu untuk mengukur intensitas curah hujan, tinggi muka air sungai, tinggi muka air tanah, suhu dan kelembaban lingkungan di area pemasangan.

Baca juga: Genteng Pintar Bertenaga Surya Ini Hasil Inovasi Mahasiswa UGM

Dengan pemanfaatan pantir tersebut, peningkatan potensi bencana banjir yang kerap mengancam masyarakat Indonesia saat musim penghujan dapat diketahui lebih awal.

Sehingga dampak kerugian materi maupun korban jiwa juga dapat dihindari atau diminimalisir.

"Pantir dapat diandalkan untuk memitigasi bencana banjir melalui pemantauan tinggi muka air sungai, tinggi muka air tanah dan intensitas curah hujan di wilayah tangkapan air (catchment area)," ujarnya dikutip dari laman UI, Jumat (26/8/2022).

Bisa beri informasi setiap 10 menit

Jika masyarakat ingin mengetahui hasil pengukurannya, maka bisa mengakses dari laman https://dev-pantir.geosinyal.id dengan mengisi alamat email: public@geosinyal.id dan password: public.

Alat tersebut dapat memberikan informasi terbaru setiap 10 menit pada kondisi normal. Akan tetapi saat kondisi siaga maka hasil pengukurannya diperbarui setiap 5 menit atau 3 menit.

Pantir sendiri dirancang dan dikembangkan di Laboratorium Kebencanaan Departemen Geosains FMIPA UI pada 2019.

Baca juga: Mahasiswa Universitas Brawijaya Inovasi Permen Sehat dari Cangkang Telur

Sebelum dipasang ditempat umum, Pantir diuji coba di lingkungan yang sesungguhnya sepanjang tahun 2020, yaitu di kawasan kampus UI dan Kota Depok.

Akan tetapi pada 2021 hingga 2022 pantir juga telah dipasang di tiga sungai di Jawa Barat, yaitu sungai Ciliwung di Kota Depok, sungai Cibeet di Kabupaten Karawang.

Sedangkan untuk yang terakhir dan baru saja dilakukan adalah di sungai Citengah di Kabupaten Sumedang.

Pada hasil inovasi tim UI tersebut tersemat sebuah elektronika digital berupa mikrokontroler 32-bit yang mengendalikan sensor pemantau ketinggian muka air dan sensor intensitas curah hujan.

Data hasil pantauan Pantir bisa disimpan dalam SD-Card ataupun dikirim ke database server melalui jaringan internet.

Akan tetapi, pemantauan oleh pantir dilakukan secara langsung (real time).

Baca juga: Pakai Styrofoam Bekas, Mahasiswa UGM Inovasi Penyerap Limbah Laundry

Tersinkronisasi dengan server

Untuk kelebihan lain dari Pantir adalah adanya fitur receiver GPS sehingga waktu pemantauan (tahun, bulan, hari, jam, menit, detik) tersinkronisasi dengan server maupun stasiun Pantir lainnya.

Supriyanto yang juga Kepala Laboratorium Kebencanaan Departemen Geosains FMIPA UI tersebut menambahkan, keunggulan lainnya ialah sumber listrik tenaga surya yang mendayai Pantir.

Jadi, Pantir terbebas dari ketergantungan PLN dan juga dapat ditempatkan di remote area.

Dengan konsumsi daya maksimal 15 Watt, baterai pantir dapat bertahan hingga 3 hari tanpa suplai dari matahari.

Sementara Kepala Desa Citengah Sumedang Selatan, Drs. H. Otong Sumarna, M.Pd., menyambut baik pemasangan pantir untuk memantau tinggi air muka sungai Citengah.

Baca juga: Dosen UNY Inovasi Alat Monitoring Sarang Penyu Otomatis

Pasalnya sudah dua tahun belakangan ini Desa Citengah mengalami bencana banjir bandang akibat luapan sungai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau