KOMPAS.com - Karakter adalah tabiat, sifat-sifat atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter dibangun melalui proses kehidupan.
Itulah mengapa, karakter anak bisa bergantung pada orangtua atau keluarga maupun teman yang ditemuinya sehari-hari.
Dengan begitu, guru dan orangtua perlu memahami bahwa untuk membentuk anak menjadi pribadi yang berkarakter, perlu usaha yang tidak sebentar.
Baca juga: Terkenal Disiplin, Begini Cara Orangtua Jepang Mendidik Anak
Melansir laman Pendis Kementerian Agama (Kemenag), berikut cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu anak memiliki pribadi yang berkarakter:
Anak cenderung melihat apa yang orangtua lakukan ketimbang mendengarkan nasihat. Pembangunan karakter bisa dimulai dari sikap konsisten yang ditunjukkan dan dilakukan orangtua.
Pendidikan agama penting untuk dikenalkan kepada anak sejak usia dini. Tujuannya agar anak mengenal Tuhan, mengerti makna beribadah dan memiliki keyakinan.
Semakin dini orangtua menanamkan hal ini pada seorang anak, diharapkan akan semakin kuat iman mereka, terutama ketika mereka sudah mengalami pubertas.
Baca juga: Tanpa Hukuman, Ini Cara Sukses BPK Penabur Latih Kedisiplinan Siswa
Orangtua perlu memahami bahwa anak sudah dibiasakan melakukan kebiasaan yang baik sejak kecil, ketika besar mereka akan terbiasa dengan pendidikan yang baik tersebut.
Seperti saat anak berbuat salah, maka anak tak ragu untuk meminta maaf dan berusaha tidak mengulang.
Contoh sederhana kebiasaan baik yang bisa ditanamkan pada anak usia dini ialah berdoa sebelum melakukan sesuatu, berbicara sopan, hingga budaya mengantre. Hal kecil seperti ini akan mempengaruhi tata krama mereka ketika besar.
Orangtua juga harus memahami bahwa anak adalah seorang ahli peniru.
Secara tidak langsung anak akan melihat sikap dan perilaku orangtua sehari-hari. Karena anak-anak sangat mudah belajar dan juga meniru, apa yang mereka lihat maka akan ditiru tanpa tahu baik atau buruk.
Jadi, jika orangtua ingin anak berkarakter baik, maka orangtua perlu melakukannya terlebih dahulu dalam kebiasaan sehari-hari.
Baca juga: 6 Tanda Anak Cerdas Secara Emosional dan Cara Mengoptimalkannya
Setiap orangtua ingin membahagiakan anak. Namun, membahagiakan tidak sama dengan memanjakan.
Bila orangtua selalu menuruti keinginan anak karena tak ingin mendengarnya merengek, anak bisa menjadi pribadi yang lemah, cepat putus asa, dan egois.
Orangtua juga perlu mengajarkan anak bahwa tidak semua hal bisa mereka dapatkan saat itu juga agar anak memiliki karakter sabar dan mau berjuang.
Anak-anak harus dibiasakan untuk berbagi, bukan meminta. Beri kesempatan anak untuk merasakan kebahagiaan berbagi dengan sesama.
Karena, anak-anak yang dibiasakan berbagi, maka dia akan menjadi orang yang dermawan, social dan banyak kawan.
Sebaliknya, anak yang terbiasa meminta, maka ini akan membuat mereka menjadi pribadi yang pelit, tidak menghargai orang lain, atau bahkan menyulitkan orang lain.
Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?
Untuk membentuk karakter tangguh dan bertanggung jawab, ajarkan anak untuk berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memperbaikinya.
Tak dipungkiri bahwa kasih sayang kadang membuat orangtua ingin membela anak meski anak salah, namun membela anak yang melakukan kesalahan justru dapat berdampak buruk. Anak bisa menjadi keras kepala, tidak mau kalah hingga menyalahi orang lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.