KOMPAS.com - Selamat Hari Sumpah Pemuda bagi pemuda Indonesia. Setiap tahun, di tanggal 28 Oktober, Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda.
Di hari ini, 94 tahun yang lalu, pemuda-pemuda Indonesia berkumpul dan mengikrarkan sebuah sumpah yang lahir dari hasil Kongres Pemuda II.
Hari ini begitu penting, karena telah mempersatukan bangsa Indonesia yang memiliki berbagai latar belakang, budaya, dan bahasa. Di hari ini pula, Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa persatuan. Karena komunikasi pada saat itu lebih banyak menggunakan bahasa daerah, bahasa Melayu, dan bahasa Belanda.
Baca juga: Sebanyak 1 dari 5 Kaum Muda di Indonesia Masih Menganggur, Kenapa?
Namun, dari berbagai dokumentasi sejarah yang menceritakan ulang peristiwa bersejarah ini, jarang sekali yang menyorot keterlibatan beberapa tokoh perempuan di balik Sumpah Pemuda.
Siapa saja mereka dan apa perannya? Baca kisahnya berdasarkan rangkuman dari platform edukasi berbasis teknologi, Zenius:
Siti Soendari yang merupakan adik bungsu Soetomo. Ia berasal dari kalangan Jawa elit dan berhasil menempuh pendidikan tinggi dengan gelar Meester in de Ritchen (Sarjana Hukum) di Universitas Leiden di Belanda pada tahun 1934.
Pada masa itu, tidak mudah bagi perempuan untuk bisa mengenyam pendidikan yang tinggi. Bahkan, Siti adalah perempuan ke-2 yang berhasil mendapatkan gelar tersebut.
Selain berhasil dalam pendidikan, Siti juga pernah menjabat sebagai direktur bank.
Baca juga: Sumpah Pemuda Lahir dari Kos-kosan, Siapa Saja Penghuni Kos Itu?
Di Kongres Pemuda II, Siti berpidato soal rasa cinta Tanah Air.
Siti menekankan bahwa rasa cinta tanah air harus ditanamkan pada perempuan sejak kecil, tidak hanya pada laki-laki saja.
Saat itu Siti berpidato dalam bahasa Belanda sehingga Muhammad Yamin, selaku Sekretaris Kongres Pemuda II, menerjemahkan pidato Siti.
Emma Poeradiredja adalah tokoh perempuan yang mengenyam pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Selama hidupnya, Ia aktif dalam berbagai organisasi yang bergerak di bidang perjuangan kemerdekaan Indonesia dan kesetaraan perempuan.
Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung dan anggota DPR/MPR Indonesia.
Di Kongres Pemuda II, Emma yang menjabat sebagai Ketua Cabang Bandung Jong Islamieten Bond berpidato mengenai peran para perempuan agar terlihat tidak hanya dalam pembicaraan pergerakan namun juga dengan perbuatan.
Baca juga: Try Out UTBK Skema Baru: 90 Persen Siswa Dapat Skor Rendah