Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Ini Masa Kerajaan Klasik Awal, Tua dan Muda di Indonesia

Kompas.com - 19/11/2022, 12:15 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Ketika menilik peradaban masa lampau di Indonesia, semua tak lepas dari berbagai peristiwa pada masa kerajaan.

Kejadian di masa lampai tentu menciptakan jalinan rantai yang saling terkait satu sama lain. Bahkan ada hikmah yang bisa diambil dari berbagai sejarah yang telah terjadi.

Terkait hal itu, Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan Studium Generale dengan topik sejarah Indonesia. Temanya berjudul “Pulau Melati Pujaan Bangsa: Fajar Kejayaan Indonesia”.

Adapun narasumbernya ialah pakar arkeolog Prof. Dr. Agus Aris Munandar, M. Hum. Ia menjelaskan mengenai masa kerajaan klasik awal, klasik tua, dan klasik muda.

Baca juga: Siswa, Ini 4 Golongan Sosial di Kerajaan Mataram Kuno

"Bangsa kita, Indonesia, memiliki keanekaragaman suku bangsa yang tidak tertandingi," ujarnya dikutip dari laman ITB, Jumat (18/11/2022).

Menurut seorang ahli, H. Th. Fischer, dikatakan terjadinya keberagaman ini karena Indonesia sejak dahulu memang memiliki calon suku bangsa dengan adanya perbedaan induk bangsa.

Kemudian disebabkan juga oleh perilaku migrasi ke lingkungan yang berbeda. Setelah bermigrasi mengakibatkan mereka jarang melakukan interaksi dengan sesamanya sehingga memunculkan suku bangsa yang berbeda.

Dijelaskan, Indonesia pada masa lampau merupakan kawasan yang berada di antara dua peradaban besar dunia yakni India dan Cina.

Kedua peradaban maju pada zamannya ini memiliki pengaruh yang besar dalam kemajuan peradaban Indonesia. Bangsa Indonesia begitu tertarik dengan kebudayaan yang dibawakan India dan mengadopsi beberapa di antaranya aksara, agama, dan tahun saka.

Hanya berawal dari tiga aspek itu, dalam proses sejarah yang panjang melahirkan Indonesia dari zaman kerajaan hingga yang seperti saat ini.

Prof. Agus meringkas kejayaan kerajaan Indonesia hingga berakhirnya zaman klasik yang dipandang sebagai ‘Fajar Peradaban’ dengan tiga tahapan masa yakni kerajaan klasik awal, tua, dan muda.

Baca juga: Siswa, Ini Daftar Raja Kerajaan Banten

Masa Kerajaan Klasik Awal-Klasik Tua (Abad ke-5 sampai 8 M)

1. Kerajaan Tarumanagara

Adapun Kerajaan Tarumanagara berlokasi di pulau Jawa bagian barat membentang dari Banten hingga Bekasi. Peninggalan sejarah yang terkenal yakni Prasasti Ciaruteun yang menampilkan telapak kaki Raja Purnawarman dan berisikan tulisan yang berhasil dibaca yang menerangkan eksistensi kerajaan ini.

Ada juga prasasti Muara Cianten yang saat ini belum berhasil diartikan. Kerajaan ini juga meninggalkan sisa bangunan megah berupa percandian Batujaya di Karawang Utara. Percandian ini merupakan corak agama Buddha Mahayana di antaranya Candi Blandongan dan Candi Jiwa.

2. Kerajaan Kutai Kuno

Berada di tepian sungai pedalaman Kalimantan Timur, kerajaan ini meninggalkan prasasti-prasasti yupa berisikan pesan-pesan yang berhasil diartikan. Adapun peninggalan lain seperti arca-arca hindu-trimurti dari gua gunung Kombeng, Kutai.

3. Kerajaan Sriwijaya

Sedang wilayah Sriwijaya membentang luas di Indonesia bagian Barat sampai Malaysia. Bukti keberadaannya ditandai dengan penggambaran kapal layar Srivijaya-Jawa pada relief Candi Borobudur.

Untuk peninggalan lain seperti prasasti telaga batu, prasasti kota kapur, hingga arca-arca dari perunggu. Kerajaan Sriwijaya juga meninggalkan beberapa candi terutama Candi Tinggi yang katanya menjadi pusat perkembangan agama Buddha dengan adanya 1.000 biksu yang melayani umat.

Baca juga: Siswa, Seperti Ini Sejarah hingga Masa Runtuhnya Kerajaan Kediri

4. Kerajaan Kanjuruhan

Kerajaan ini keberadaannya termuat dalam prasasti Dinoyo (760 M) yang memuat informasi penting menyebutkan kerajaan Kanjuruhan beserta keluarga kerajaan dengan raja bernama Liswa atau Gajayana. Terdapat pula peninggalan berupa Candi Badut dan Arca Durga Mahisasuramardini.

5. Kerajaan Mataram

Sementara kerajaan megah ini meninggalkan candi terluas di dunia yakni Candi Borobudur. Kerajaan ini berkembang di Jawa bagian tengah pada abad ke-8 sampai 10 M.

Berkat kemegahannya, kerajaan mataram banyak mendirikan bangunan monumental berupa candi dan percandian. Uniknya setiap masa kerajaan memupnyai ciri arsitektur candinya tersendiri.

Peninggalan candi-candi lain diantaranya Candi Merak, Candi Bubrah, percandian di dataran tinggi Dieng, percandian Gedong Songo, percandian Sivagrha (Prambanan).

Masa Kerajaan Klasik Muda

1. Kerajaan Kadiri/Kediri

Adapun raja pertama bernama Sri Maeswara Sakalabhuwanatustikarana Sarwwani-waryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa (1117-1130 M). Sedangkan raja terakhirnya bernama Srengga-Krtajaya yang kemudian dikalahkan oleh Ken Arok yang mendirikan Kerajaan Singhasari.

Kerajaan Kediri meninggalkan arca-arca, beberapa candi, dan kesenian (seni rupa dan susastra). Karya seni susatra yang terkenal diantaranya Arjunawiwaha, Bhratayuddha, Gatotkacasraya.

Baca juga: Siswa, Seperti Ini Kerajaan Samudra Pasai dalam Jalur Pelayaran

2. Kerajaan Singhasari

Kerajaan ini berdiri pada abad 13 berpusat di Jawa bagian Timur. Peninggalan sejarahnya berupa Candi Jawi dengan corak agama Siwa-Buddha (irisan dari Buddha Mahayana dan Hindu Siwa) dengan gaya bangunan bagian bawahnya Siwa dan atasnya Buddha.

Dikatakan, irisan corak ini unik karena di India sendiri dua aliran ini memiliki konflik. Kerajaan Singhasari adalah yang pertama kali mengenalkan konsep Nusantara dan Dwipantara yang artinya “Pulau-pulau di luar (Jawa)”.

3. Kerajaan Malayu Dharmmasraya

Untuk kerajaan ini berkembang pada abad ke-14 yang disebutkan dalam Nagarakrtagama karya Mpu Prapanca berlokasi di Sumatera.

Raja yang terkenal yakni Adityawarman yang semasa pemerintahannya mengeluarkan beberapa prasasti antara lain Kapolo Bukit Gombak I, Bukit Gombak II, dan Suroaso I. Peninggalan sejarah lain berupa Candi Padang Roco 1 dan 2.

4. Kerajaan Kuna

Sedangkan Kerajaan Bali Kuna pertama kali muncul pada abad ke-9 yang berpusat di Kedaton Singhamandawa. Peninggalan sejarahnya yang terkenal yakni telaga di Desa Manukraya yang sekarang dikembangkan menjadi pura Tirtha Empul di Gianyar.

Adapun candi-candi yang ditinggalkan kerajaan ini terbilang unik karena memanfaatkan dinding tebing yang dipahat sedemikian rupa.

5. Kerajaan Majapahit

Dikatakan, kerajaan ini merupakan kerajaan terakhir zaman klasik (Hindu-Buddha). Bukti sejarahnya banyak dijumpai di Trowulan.

Tak hanya itu, Prof. Agus pernah membuat sketsa pusat kota Majapahit yang terdiri atas komplek keraton, perumahan, wanguntur, pasar, dan percandian. Beberapa candi yang terkenal diantaranya Candi Jago, Brahu, Jawi, dan Angka Tahun Panataran.

Sedang pada Masa Kerajaan Majapahit dengan penulis Mpu Prapanca mengenalkan istilah sebaran wilayah Uttama-Madya-Nista. Uttama adalah luas Kerajaan Majapahit mencakup Nusantara.

Baca juga: Ini Daftar Kerajaan Islam di Indonesia, Siswa Sudah Paham?

Kemudian daerah Madya mencakup Desantara dan Mitreka Satata yang merupakan kerajaan kawan di Asia Tenggara. Dan daerah Nista mencakup Anyadesa yang merupakan bagian luar. Pada masa itu, daerah lain seperti Eropa dan Amerika belum terbayang.

Adapun dengan berakhirnya Kerajaan Majapahit, maka berakhirlah zaman klasik di Indonesia. Zaman klasik dianggap sebagai awal kelahiran bermacam pencapaian peradaban pada masa berikutnya.

Padahal pada masa protosejarah nenek moyang bangsa Indonesa hanya menerima tiga anasir kebudayaan India berupa aksara (Pallava), tahun Saka, dan agama Hindu-Buddha berhasil melahirkan kejayaan di Nusantara dalam bentuk pemerintahan kerajaan, arsitektur, seni rupa, dan sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com