Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UGM Buat Alat Peniris dan Penjernih Minyak Jelantah

Kompas.com - 28/11/2022, 13:40 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alat peniris kerupuk terintegrasi dengan penjernih minyak jelantah.

Alat peniris dan penjernih minyak jelantah karya mahasiswa UGM telah diterapkan langsung di UMKM Matahari yang berlokasi di Dusun Gandu, Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan kualitas kerupuk dan kualitas minyak jelantah.

Hasilnya, kualitas kerupuk produksi UMKM Matahari meningkat dan keuntungan yang diperoleh mitra juga turut meningkat.

Baca juga: 5 Ciri Kamu Termasuk Orang Cerdas, Bukan Hanya Dilihat dari IQ

Minyak yang telah dijernihkan aman digunakan

Ketua tim pengembang alat, Ahmad Sirrullah menyampaikan mudah digunakan dan membantu UMKM.

"Alat ini mudah digunakan dan membantu UMKM yang memproduksi kerupuk untuk meningkatkan daya tahan serta kualitas kerupuk," ujar Ahmad.

Ia mengatakan, umumnya kerupuk cepat tengik, melempem, dan cita rasa berubah dibandingkan saat digoreng dengan minyak yang baru. Permasalahan tersebut menyebabkan kerupuk rusak dan tidak terjual. Berawal dari kondisi itu mereka berupaya mencari solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.

"Harapannya, melalui implementasi alat ini produsen kerupuk dapat memperoleh keuntungan maksimal,"tutur mahasiswa Kimia UGM ini.

Lebih lanjut Ahmad menjelaskan alat peniris yang dijual di pasaran pada umumnya tidak dilengkapi dengan fitur penjernih minyaknya.

Baca juga: Rektor UGM Mewisuda Putrinya yang Lulus dengan IPK 4.00

Sementara alat yang mereka kembangkan mempunyai tambahan fitur penjernih minyak dengan tiga bahan adsorben yaitu arang aktif, zeolit, dan bentonit.

Anggota tim, Baihaqi Ghozali dari Teknik Mesin UGM, menjelaskan bahwa cara penggunaan alat tergolong mudah.

Kerupuk yang telah digoreng akan dimasukkan ke dalam alat peniris agar kerupuk tidak banyak mengandung minyak. Kerupuk yang telah ditiriskan akan menjadi kerupuk yang tidak berminyak, renyah, tidak mudah melempem, dan tidak tengik.

“Alat peniris ini berbeda dengan peniris pada umumnya. Terdapat modifikasi 4 tiang penyangga yang tersambung dengan mesin peniris, memudahkan saringan mudah dilepas pasang dan praktis," imbuh Baihaqi.

Lalu, minyak hasil penirisan akan dijernihkan dengan tiga tabung penjernih dengan masing-masing tabung berisi arang aktif, zeolit, dan bentonit.

Minyak yang telah dijernihkan aman dan dapat digunakan untuk penggorengan kembali dengan ketentuan standar SNI.

Baca juga: 70 Jurusan UGM, Cek Perbandingan Daya Tampung dan Jumlah Peminat

“Alat peniris sangat meningkatkan kualitas kerupuk karena mampu menghasilkan 167 ml minyak dari 1 kg kerupuk dengan pemutaran mesin peniris selama 1 menit. Penirisan minyak yang dihasilkan lebih banyak daripada ditiriskan tanpa alat yaitu 36 ml/kg,"ungkapnya.

Selain Ahmad dan Baihaqi, tim juga terdiri dari Dzulfiqar Rafli Haryanto (Kimia), Dinda Iffana Silma (Teknik Kimia), Ghozali Hidayat (Teknik Mesin), dan Rangga Satria Wicaksana (Teknik Mesin).

Inovasi yang dihasilkan para mahasiswa muda ini tidak hanya membantu dalam mengurai persoalan dalam produksi kerupuk. Alat yang dikembangkan juga berhasil mendapatkan dana hibah pelaksanaan program dari Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI tahun 2022 dan lolos melaju ke PIMNAS di Malang pada awal Desember mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com