Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Campak Kembali Tinggi? Pakar Unpad Sebut Karena Hal Ini

Kompas.com - 22/01/2023, 14:31 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atas tingginya penularan campak di Indonesia. Hingga Desember 2022, tercatat 31 provinsi melaporkan adanya kasus penularan campak.

Mengapa campak bisa merebak dan menjadi KLB di Indonesia?

Menurut Kepala Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr. Djatnika Setiabudi, munculnya wabah campak salah satunya dipengaruhi pandemi Covid-19.

Baca juga: Unpad Buka Jalur Mandiri S1 Februari 2023, Cek Syarat dan Jadwal

Pada masa tersebut, terutama di awal pandemi melanda terjadi penurunan cakupan imunisasi campak kepada anak-anak.

Penurunan ini akhirnya menurunkan kekebalan komunitas (herd immunity) di masyarakat.

"Karena pandemi Covid-19 awal-awal, maka sekarang ‘panennya’,” kata Djatnika dilansir dari laman Unpad.

Berbeda dengan masa sebelum pandemi, penyebaran penyakit campak sudah dapat dikendalikan.

Artinya, kasus penularan campak hanya bersifat sporadis, tidak berbentuk wabah atau KLB.

Di sisi lain, meningkatnya penularan campak juga tidak lepas dari masih banyaknya kantong-kantong yang menolak vaksin.

“Harusnya KLB ini juga dilihat juga populasinya yang mana. Apakah di wilayah yang termasuk banyak imunisasinya ataukah yang tidak,” jelasnya.

Ia mengatakan, campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular. Jika seseorang tidak memiliki kekebalan yang baik, kemungkinan terinfeksi campak sebesar 90 persen.

Baca juga: Dosen UM Surabaya Sebut Tanda Kencing Manis, Salah Satunya Kesemutan

Karena sangat menular, maka kekebalan komunitas yang dibutuhkan juga tinggi. Djatnika mengatakan, campak tidak hanya menyerang pada anak-anak. Jika remaja ataupun orang dewasa yang kekebalannya rendah, dia berisiko terkena infeksi.

“Jika seseorang tidak divaksin campak, kemungkinan tertular campak makin besar,” imbuhnya.

Ia menyebut, kemungkinan tertular campak juga bisa terjadi kepada anak yang belum lengkap vaksinasinya.

Hanya bagi anak yang belum lengkap vaksinnya, dampak dari penyakitnya tidak terlalu berat karena sudah memiliki tingkat kekebalan yang sedikit.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com