KOMPAS.com - Pendidik sekaligus Ketua Kampus Guru Cikal, Marsaria Primadonna mengatakan bahwa generasi muda masa kini jarang yang ingin jadi guru karena stigma bahwa guru merupakan profesi yang kurang sejahtera.
“Generasi muda jarang yang mau jadi guru karena stigma selama ini. Guru dianggap kurang sejahtera dan tidak menarik," ujar Marsaria yang akrab disapa Pima dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.
Padahal, menurut Pima banyak sekali kenikmatan menjadi seorang guru. Ia pun mengajak generasi muda untuk menjadi guru melalui program Ayo Jadi Guru besutan Kampus Guru Cikal.
Baca juga: Kisah Guru Isdiarto, Seberangi 5 Muara dan Jalan Berlumpur demi Mengajar
Pima menjelaskan, seorang guru pasti selalu tidak sabar untuk bekerja atau kembali bertemu dengan murid-muridnya. Mendengarkan berbagai pandangan murid, melihat aktivitas mereka, hingga mengamati perkembangan murid adalah hal yang membahagiakan.
"Jadi guru itu menyenangkan," ujarnya.
Soal karier pun, paparnya seorang guru seharusnya tidak perlu khawatir. Ada banyak pilihan karier protean yang bisa ditekuni guru.
Seperti menjadi guru penulis, guru content creator, guru asesor, dan masih banyak lainnya. Apalagi, guru merupakan profesi yang tidak akan tergantikan oleh teknologi.
Apalagi, Kemdikbudristek menyatakan Indonesia masih kekurangan jumlah pendidik hingga 1 juta guru. Angka tersebut diprediksi akan terus meningkat.
Namun, untuk menjadi guru masa kini memang diperlukan kompetensi berbeda untuk bisa mengajar murid-murid abad ke-21.
Baca juga: Ajarkan Siswa Literasi Numerasi lewat Bertani, Ini Cerita Guru di Kediri
Menurutnya, guru abad ke-21 harus merdeka belajar atau berpihak pada murid, memiliki kemampuan merancang kurikulum yang berorientasi pada kebutuhan murid, serta cerdas digital.
Menjadi guru yang cerdas digital bukan sekedar menggunakan bermacam-macam aplikasi. Melainkan juga mampu mengintegrasikan teknologi, pedagogi, dan keahlian subjeknya untuk membuat strategi pembelajaran di kelas.
“Tentu tidak bisa disamakan ya mengajar murid di abad ke-19 dengan sekarang. Oleh karena itu, kalau di Kampus Guru Cikal, kami menyelenggarakan program Ayo Jadi Guru. Di program ini kami ajak generasi muda, dengan latar pendidikan apa pun, yuk jadi guru dengan kompetensi abad ke-21. Kita ciptakan pembelajaran yang merdeka di ruang-ruang kelas,” tukasnya.
Salah seorang peserta Ayo Jadi Guru (AJG), Namira Fauzia merasa yakin jika guru bisa menyajikan pembelajaran yang bermakna bagi murid tanpa harus menggunakan biaya yang besar.
Baca juga: Lulusan S1 Mau Jadi Guru? Kemendikbud Buka 40.000 Kuota Calon Guru di PPG
“Yang paling menarik saat Sesi Expert Talk karena langsung diperlihatkan contoh konkret praktik baik. Melihat sesi belajar yang anak-anaknya aktif, memotivasi saya bahwa pembelajaran seperti itu sangat dapat direalisasikan,” kata Namira.
Terkait karier sebagai seorang guru, Namira tidak khawatir dengan stigma yang ada.
Lulusan S1 Sastra Arab yang saat ini sedang menempuh pendidikan S2 Ekonomi Syariah itu yakin, menjadi guru akan membuatnya bahagia.
“Saya bahagia kalau melakukan hal yang saya senangi dan bermanfaat untuk orang lain. Kalau jadi guru yang mengajarnya bisa memberi makna, pasti akan bahagia melihat output murid,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.