KOMPAS.com - Menuntut ilmu itu tidak ada batasnya. Seperti halnya yang dilakukan oleh alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Maria Cellina Wijaya.
Selepas S1 FK Unair, Celline melanjutkan kuliah S2 di Universitas Harvard Amerika Serikat (AS). Bahkan namanya sempat ramai di berbagai media karena Celline sempat diterima di 3 kampus ternama dunia.
Namun, akhirnya Celline yang memang bercita-cita ingin kuliah di luar negeri tersebut menambatkan hatinya untuk studi Magister di Universitas Harvard.
Pada sharing session gelaran FK Unair dan Education USA, Celline hadir untuk memberikan tips melanjutkan studi di luar negeri setelah lulus dokter kepada juniornya di FK Unair.
Baca juga: Diterima S2 di 3 Universitas Terbaik Dunia, Celline Akhirnya Pilih Harvard
Melansir laman FK Unair, Jumat (13/1/2023), Celline memberikan tipsnya, yakni:
1. Karier ke depan
Jadi, sebelum menentukan mau belajar apa, pertimbangan utama ialah karier yang ingin dijalani ke depannya. Sebab, ada banyak opsi karier bagi lulusan dokter.
Selain menjadi klinisi, dokter juga bisa berkarier sebagai konsultan kesehatan, berkecimpung di dunia manajemen, farmasi, entrepreneur hingga peneliti.
"Jangan yang oke mau ambil S2 tapi belum tahu setelahnya mau jadi apa," ujarnya.
2. Kesempatan karier
Selain itu juga terkait apakah bidang yang digeluti nantinya memberikan kesempatan karier luas atau sebaliknya karena persaingannya yang ketat.
Baca juga: Ingin Golden Ticket Masuk Unair? Calon Mahasiswa, Yuk Ikut AEE 2023
3. Biaya pendidikan, lama studi, keahlian, minat
Jadi menurut dia, semua aspek tersebut harus dipertimbangkan secara matang sehingga proses studi dapat berjalan lancar.
Setiap pilihan tentu memiliki pro dan kontra. Melanjutkan studi ke luar negeri mahasiswa bisa lebih mendapatkan eksposur dengan jejaring internasional.
Juga metode pembelajaran mengedepankan diskusi membuat mahasiswa lebih kritis dan vokal. Apalagi kampus pilihan termasuk kampus bergengsi. Minusnya, tentu jauh dari keluarga.
Ternyata, Celline butuh persiapan selama dua tahun untuk studi di luar negeri. Mulai dari mempersiapakan berkas untuk daftar kampus dan beasiswa.
Selain itu mempersiapkan transkrip nilai berbahasa Inggris, curriculum vitae, nilai TOEFL/ IELTS, personal statement, surat rekomendasi dan lain sebagainya.
"Riset mendalam dulu sebelum menentukan pilihan. Semua ini tidak bisa disiapkan satu atau dua bulan. Saya sendiri menyiapkan ini selama dua tahun. Di sela-sela internship, saya belajar untuk mempersiapkan TOEFL," jelasnya.
Baca juga: Dokter Unair: Angkat Beban Berat Sebabkan Rahim Turun, Ini Penjelasannya
Tak hanya itu saja, tips lainnya ialah personal statement. Personal statemen sebaiknya otentik. Menjabarkan jelas motivasi pribadi dalam memilih studi. Bisa juga dipaparkan harapan dan target ketika lulus nanti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.