Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AYC Ajak Generasi Muda Jadi Pembaharu untuk Indonesia Emas 2045

Kompas.com - 04/05/2023, 17:03 WIB
Valencia Putri,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesuksesan memiliki arti berbeda untuk masing-masing orang, termasuk dalam suksesnya pendidikan anak muda. Arti kesuksesan juga bisa bergeser dari masa ke masa.

Menyikapi hal ini, Ashoka Indonesia melakukan Gelar Wicara Indonesia Emas 2045: (Re)Definisi Sukses Pendidikan Anak Muda, sekaligus merayakan Hari Pendidikan Nasional 2023.

Gelar wicara ini merupakan diskusi antargenerasi untuk membincang kesiapan anak muda untuk bisa memimpin Indonesia Emas 2045.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 Malaysia 2023: Kuliah Gratis, Tunjangan Rp 11 Juta Per Bulan

Melalui Ashoka Young Changemaker (AYC), Ashoka memberikan wadah bagi generasi muda untuk jadi pembaharu guna menjawab masalah-masalah sosial dari berbagai bidang.

Empat belas finalis AYC yang berusia 10-19 tahun telah membuktikan bahwa inisiatif- inisiatif kreatif yang menjawab masalah-masalah sosial dari berbagai bidang bisa datang dan dikembangkan oleh anak-anak muda pada usia yang amat belia.

Mereka berasal dari 9 provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Jambi, Banten, Kalimantan Barat, dan Maluku dan masing-masing telah menciptakan dampak yang dihargai baik di skala lokal, nasional, maupun internasional.

Pemuda adalah aktor potensial Indonesia Emas 2045

Mahendra Arfan Azhar selaku Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga Kementerian PPN/Bappenas mengatakan bahwa pemuda merupakan peran penting dalam suksesnya Indonesia Emas 2045.

"Pemuda adalah aktor potensial, bukan sekedar objek melainkan harus berperan menjadi mitra, kolaborator, dan inovator dalam berbagai agenda pembangunan nasional maupun global," ucap Mahendra dalam acara Gelar Wicara Indonesia Emas 2045: (Re)Definisi Sukses Pendidikan Anak Muda, Jakarta, Kamis (04/05/23).

Menurutnya, anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Semua kompetensi yang dimiliki anak dapat berkembang. Namun, hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemendibudristek, Iwan Syahril mengatakan Perubahan sampai 2045 memiliki waktu yang lama, namun perubahan selama ini berjalan sangat cepat.

"Anak muda mendapatkan tantangan ketika berada di tahun 2045 nanti mampu menyesuaikan kondisi tersebut. Potensi ini menjadi kunci bagi kemajuan negara," ucap Iwan.

Baca juga: Kisah Mukti, Usia 25 Tahun Lulus S3 Cumlaude dengan IPK 4

 

Proses pembelajaran juga penting dalam hal kurikulum dan cara menerapkan kurikulumnya. Kurikulum ditetapkan sebagai rambu-rambu, proses penerapan tidak harus seragam di seluruh daerah karena memiliki kondisi daya dukung yang berbeda.

Oleh karena itu, guru dan tenaga kependidikan juga harus memiliki kemampuan dan kompetensi untuk tumbuh kembang potensi anak dalam pelaksanaan pembelajaran.

Di kesempatan yang sama Najeela Shihab selaku Inisiator Semua Murid Semua Guru juga memberikan pendapatnya atas kondisi pendidikan yang masih memiliki tantangan yang harus dibenahi.

Menurutnya, penting sekali untuk semua anak muda untuk bisa menjadi orang yang menggerakkan perubahan, esensi merdeka belajar juga sejalan dengan perubahan yang diinginkan untuk terjadi. Perubahan ini muncul oleh praktik baik semua individu dalam sistem.

Peran perilaku dan praktek oleh semua pemaku kepentingan juga memiliki peran penting dalam perubahan yang terjadi, semua perlu belajar apa yang masih relevan dan tidak relevan untuk digunakan di masa depan.

Baca juga: Cerita 3 Siswi Madrasah Diterima di 13 Kampus Ternama Luar Negeri

 

Perubahan pendidikan, lanjut dia, tidak semata-mata hanya perubahan kebijakan dan perilaku saja, apalagi hanya sekedar instruksi saja.

"Perubahan paradigma juga penting tetapi saat ini perubahan paradigma sangat sulit karena adanya miskonsepsi atau tidak adanya kepercayaan antara pemangku kepentingan, maka tidak ada perubahan pendidikan yang berkelanjutan. "Kita perlu meninggalkan praktek lama yang tidak bisa diulang kembali," ucap Najeela.

Nabila Ishma yang merupakan salah satu Ashoka Young Changemaker memaparkan pendapatnya bahwa saat ini yang perlu diperhatikan adalah adanya ruang untuk anak berfikir, menjadi diri sendiri, dan bisa mengekspresikan dirinya.

Anak yang dicap nakal bisa jadi merupakan anak yang istimewa karena mampu mengekspresikan diri dan menunjukan dirinya, hanya saja memakai cara yang salah.

Namun, kepercayaan diri, keberanian, dan semangat yang mereka punya, jika diarahkan ke hal yang baik, akan menjadi apa semangat dan keberanian itu.

"Tantangan yang perlu dihadapi juga adanya globalisasi yang membuat bingung identitas diri sendiri. Adanya lingkungan untuk mengarahkan ke hal positif membuat anak bisa mengembangkan diri lebih baik lagi," tuturnya.

"Pendidikan sukses tidak hanya peran guru, lembaga, orangtua, dan anak muda. Namun, hal ini merupakan peran bersama untuk menjadi versi terbaik dari dirinya masing-masing. Inspirasi-inspirasi ini hadir di sekitar kita untuk menciptakan nilai baru yang tidak disadari sebelumnya. Dalam hal ini, Ashoka mengajak beberapa generasi muda untuk menjadi bagian Ashoka Young Changemaker (AYC)," imbuh dia.

Baca juga: Biaya Kuliah Unhas 2023 Jalur Mandiri: Kedokteran dan 68 Prodi Lainnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com