Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UM Surabaya: Ini Olahraga yang Tidak Boleh Dilakukan Malam Hari

Kompas.com - 26/07/2023, 19:05 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Karena keterbatasan waktu, ada sebagian orang yang memilih berolahraga pada malam hari.

Namun ada beberapa peristiwa orang yang mendadak meninggal dunia setelah melakukan kegiatan olahraga di malam hari.

Berkaca dari peristiwa tersebut, benarkah olahraga di malam hari justru berbahaya?

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Ira Purnamasari mengatakan, olahraga terbaik memang dilakukan di waktu pagi saat tubuh dalam kondisi segar.

Baca juga: Cek 2 Jurusan SMK yang Tidak Bisa Masuk Polisi

Olahraga yang dianjurkan dilakukan di malam hari

Namun jika memang tidak ada waktu untuk melakukannya di pagi hari, maka olahraga boleh saja dilakukan di malam hari.

Ira menekankan, olahraga boleh dilakukan di malam hari, yang terpenting adalah memilih jenis olahraganya.

Olahraga yang boleh dilakukan di malam hari adalah olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang.

Seperti jalan kaki santai, sepeda santai, berenang, yoga, dan latihan peregangan.

"Jadwal terbaik untuk melakukan olahraga di malam hari adalah 90 menit sebelum tidur, karena manfaat yang dapat dirasakan adalah membuat tidur lebih nyenyak, mengurangi stres dan kecemasan," terang Ira seperti dikutip dari laman UM Surabaya, Rabu (26/7/2023).

Sementara, olahraga yang tidak dianjurkan di malam hari adalah olahraga dengan intensitas berat.

Baca juga: Biaya Kuliah Jalur Mandiri Unram 2023, Cek Besar UKT dan Uang Pangkal

Olahraga yang tidak dianjurkan dilakukan malam hari

Seperti lari cepat, balap sepeda, angkat beban berat, berenang dengan patokan target, sepakbola, tenis, dan olahraga lainnya dengan unsur kompetisi atau permainan yang memicu hormon adrenalin keluar secara berlebihan, yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat.

"Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang sesuai dengan kemampuan tubuh," imbuhnya.

Selain itu juga perlu memperhatikan riwayat penyakit yang dimiliki. Apalagi seseorang dengan usia 50 tahun ke atas yang tidak dianjurkan untuk berolahraga dengan intensitas berat.

Ira menambahkan, jika terjadi serangan jantung mendadak saat berolahraga, itu disebabkan karena terlalu diforsirnya tenaga saat berolahraga.

Apalagi sebelumnya belum pernah melakukan olahraga yang menyebabkan fisik tidak siap, dan kurangnya melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum memulai olahraga.

"Serangan jantung mendadak terjadi pada seseorang yang memang sudah memiliki faktor risiko penyakit jantung seperti hipertensi dan hiperkolesterolemia," papar Ira.

Baca juga: 9 Kampus Jurusan Desain Produk Terbaik di Indonesia, Ada ITB dan ITS

Gejala yang muncul saat serangan jantung adalah seseorang mengeluh nyeri dada, mendadak sesak napas, hingga penurunan kesadaran. Hingga harus segera mendapat pertolongan medis.

"Pentingnya memilih olahraga sesuai dengan kemampuan tubuh, dengan tetap memperhatikan riwayat penyakit yang dimiliki, merupakan cara untuk mencegah terjadinya serangan jantung saat berolahraga," pungkas Ira.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau