KOMPAS.com - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kini memiliki inovasi baru terkait rumah tahan gempa.
Rumah tahan gempa milik ITS ini terbuat dari debu. Debu yang digunakan merupakan limbah debu atau yang sering disebut Fly Ash Bottom Ash (FABA). Limbah debu ini merupakan sisa pembakaran yang dihasilkan PT PLN di Probolinggo.
Baca juga: 10 Cara Mencegah Stroke dari Dosen FK UMM
Inovasi ini dikatakan Manager Senior Transfer Teknologi Office, Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi ITS, Ary Bachtiar sebagai terobosan cerdas mengenai penggunaan debu hasil limbah PLN.
Inovasi ini bukan hanya sekadar solusi lokal, tapi juga memiliki potensi untuk berlanjut ke daerah-daerah lain.
“Melalui pelatihan ini, nantinya masyarakat dapat mengembangkannya sendiri, sehingga membuka peluang dalam meningkatkan perekonomian secara berkelanjutan,” ungkapnya dilansir dari laman ITS.
Dosen teknik mesin ITS ini mengatakan rumah tahan gempa dari limbah debu ini bernama
BIMA (Bangunan Instan Modular Sederhana).
Manager Business Support PT PLN Nusantara Power Up Paiton, Sukarno menyebutkan jika inovasi BIMA ini memainkan peran penting dalam mengurangi limbah serta meningkatkan efisiensi pengolahan limbah di lingkungan PLN.
Baca juga: Dosen UM Surabaya: Kurang Tidur Bisa Memperpendek Masa Hidup
Inovasi ini juga mampu menghadirkan produk ekonomis yang ramah lingkungan, sejalan dengan visi PLN dalam berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Salah seorang anggota riset dari Teknik Sipil ITS, Dr techn Pujo mengatakan dengan fokus pada keberlanjutan, inovasi ini dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi dampak negatif lingkungan sekaligus memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat.
ITS mengajak masyarakat Desa Sumberejo, Paiton, Probolinggo untuk melakukan praktek langsung pembuatan beton dan bata ringan FABA.
Selain itu juga dipraktekkan pula cara pembuatan rumah BIMA yang telah dikembangkan ITS sebagai inovasi terbarukan dari olahan limbah.
Dibimbing oleh para ahli dari ITS, masyarakat mencoba langsung mengolah FABA menjadi material berkualitas tinggi yang nantinya akan digunakan dalam pembangunan rumah tahan gempa.
Kepala Desa Sumberejo, Muhammad Haris merasa sangat bersyukur dengan adanya pelatihan di wilayahnya ini.
Baca juga: Cetak Lulusan Cepat Kerja, ITS Raih Penghargaan IKU 1 dari Kemendikbud
Hal ini karena Sumberejo berada di kawasan PLTU Paiton dan termasuk dalam daerah yang mendapat bantuan bangunan tahan gempa dari pemerintah. Sehingga kehadiran pelatihan ini memberikan harapan baru bagi masyarakatnya.
Ketua Tim Riset, Dr Eng Yuyun Tajunnisa mengatakan, dengan adanya inovasi BIMA ini diharapkan mampu menciptakan perubahan positif dalam dunia konstruksi dan lingkungan.
Ia mengatakan inovasi BIMA memiliki potensi untuk merambah ke daerah-daerah lain, dan membuka peluang bagi peningkatan kualitas hunian masyarakat secara berkelanjutan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya