Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab dan Cara Tangani Anak Alami Step

Kompas.com - 22/08/2023, 09:47 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Anak mengalami kejang demam (step) dikarenakan adanya akibat peningkatan suhu tubuh. Kondisi ini terjadi ketika tubuh mengalami demam tinggi yang mendadak.

Menurut Dosen Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran Unair dr. Riza Noviandi, kejang demam banyak terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun.

Baca juga: Binus Dirikan Satu University, Biaya Kuliah Rp 6 Juta Per Semester

"Penyakit ini tidak berkaitan dengan kelainan di otak, gangguan elektrolit, maupun gangguan metabolik pada tubuh," kata dia dikutip dari laman Unair, Selasa (22/8/2023).

Dia menjelaskan, ada dua jenis kejang demam. Pertama, kejang demam sederhana yang terjadi hanya satu kali selama kurang dari 15 menit dalam sehari dan kejangnya berupa kejang general, yakni pada seluruh tubuh.

 

Kedua, kejang demam kompleks yang memiliki gejala berlawanan dari kejang demam sederhana.

"Kejangnya lebih dari 15 menit dan berulang serta berupa kejang fokal atau terjadi pada area tertentu," ungkap dia.

Penyebab step

Dokter spesialis anak itu menyebut, tidak ada penyebab khusus anak dapat mengalami kejang demam atau step.

Namun, sistem tubuh anak yang cenderung imaturitas mengakibatkannya mudah terkena rangsangan.

"Jadi anak belum bisa merespon dengan baik rangsangan-rangsangan dari luar, dalam hal ini otak. Kalau anak kena demam sedikit saja, sel-sel saraf yang sensitif itu akan terangsang untuk melepaskan gelombang yang tinggi sehingga terjadi kejang," tutur dr. Riza.

Baca juga: Satu University Milik Binus Sasar Kalangan Menengah dan Bawah

Di samping itu, dia juga mengungkap faktor risiko kejang demam pada anak.

"Yakni, faktor keturunan atau riwayat keluarga dengan kejang demam serta anak yang sedang menderita gangguan otak," ucap dia.

Cara penanganan anak saat alami step

dr. Riza memiliki tips penanganan pertama apabila anak mengalami kejang demam.

Salah satunya, orangtua bisa memiringkan posisi tubuh anak, kemudian membuka kancing baju anak.

"Hal yang harus diperhatikan adalah tetap tenang. Kalau misalnya anak posisinya dalam posisi duduk, bisa miring dan buka kancing baju yang menyesakkan supaya anak tidak tersedak," sebut dia.

Bagi anak yang pertama kali mengalami kejang demam, dia menyarankan agar segera ke pelayanan kesehatan.

Sementara anak yang sudah pernah kejang demam sebelumnya bisa mengonsumsi obat Diazepam sesuai dosis yang dianjurkan.

Baca juga: Cerita Paskibraka Lilly Wenda, Awalnya Bukan Pembawa Baki Bendera

Pada pasien tertentu, dr. Riza mengatakan ada dua tipe pengobatan.

Di antaranya, tipe obat intermiten yang diberikan sekali tempo dan tipe obat perawatan bagi pasien yang mengalami kejang demam berulang sebanyak empat kali dalam setahun. Terlebih, apabila kejang tersebut bersifat fokal.

Terkait tata laksana kejang demam (step), sambungnya, dilakukan jika memenuhi kriteria seperti demam tidak turun dalam waktu tiga hari.

Selain itu, pasien yang mengalami diare, muntah, kejang fokal, atau gangguan neurologi.

Maka bisa merekomendasikan pemeriksaan darah, elektroensefalografi, CT scan, hingga MRI.

Dia menegaskan, anak yang alami step berbeda dengan epilepsi, sehingga orangtua tidak perlu panik.

Baca juga: Maudy Ayunda Buka Program Beasiswa bagi Mahasiswa S1, Ayo Daftar

"Yang penting kita harus bisa mengenali kondisi anak. Apabila kejang pertama langsung bawa ke IGD karena memang masa-masa di bawah 5 tahun itu cukup riskan untuk perkembangan anak," tukas dokter yang bertugas di RSUD dr. Soetomo itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com