KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil membuat lilin aromaterapi dari limbah minyak jelantah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan diselenggarakan di Desa Pinggir, Sidomulyo, Bantul.
Dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata, (KKN) mahasiswa mengajak warga setempat untuk membuat dan memperhatikan cara mengolah lilin aromaterapi dari minyak jelantah.
Muhammad Raffi selaku ketua KKN menuturkan minyak jelantah merupakan minyak sisa menggoreng makanan dan telah dipakai berulang kali. Limbah tersebut menimbulkan pencemaran lingkungan seperti menyumbat saluran air.
Baca juga: Beasiswa S2 ke Jepang 2024: Kuliah Gratis, Tunjangan Rp 15 Juta Per Bulan
Selain itu, jika dikonsumsi minyak jelantah dapat menimbulkan penyakit seperti kanker, hipertensi, dan penyempitan pembuluh darah.
“Minyak jelantah yang tidak diolah dengan baik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,” ujar Raffi pada Senin (11/9/2023).
Anggota KKN yang lain yakni Rhiski Husniati menjelaskan proses pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah.
“Awalnya rendam minyak jelantah bersama arang selama satu jam untuk menghilangkan bau dari minyak tersebut,” ujar Rhiski.
Baca juga: Beasiswa ADik Disabilitas 2023 Dibuka, Bantuan hingga Rp 12 Juta Per Semester
Langkah selanjutnya, panaskan minyak bersama stearin dan krayon sampai mencair dan agak mendidih lalu tambahkan aromatik.
Tahap terakhir, tuang cetakan lilin aromatik ke dalam cetakan yang sudah diberi sumbu dan diamkan sampai beku. Setelah beku, lilin sudah jadi dan bisa digunakan di kamar atau ruangan lainnya.
Dengan demikian, limbah minyak jelantah menjadi lebih bermanfaat dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan serta penyakit.
“Manfaat lilin ini dapat mengatasi insomnia dan memberi efek menenangkan pikiran,” kata Ratih salah satu anggota KKN.
Selain itu, lilin aromaterapi juga dapat dijual dan menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Baca juga: Mahasiswa KKN UNY Inovasi Kawat Buzzer untuk Kendalikan Emosi Anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.