KOMPAS.com - Untuk mencegah terjadinya pencurian helm, mahasiswa Politeknik Negeri Fakfak (Polinef) membuat solusi dengan menciptakan alat berbasis internet of things (IoT).
Mahasiswa Polinef mengembangkan teknologi untuk mendeteksi kejadian pencurian helm. Inovasi ini dikembangkan oleh tim mahasiswa Polinef yang terdiri dari Maulana Ceratta, Haikal Madu dan Ilsa Aziza Khan Gandeguay.
Inovasi ini tidak hanya mampu menyelesaikan persoalan pencurian helm di kampus, tetapi juga berhasil menjuarai lomba inovasi di ajang Indonesia International Applied Science Project Olympiad beberapa waktu lalu.
Baca juga: Lampu Anti Gempa Inovasi Mahasiswa, Laris Dipesan sampai Inggris
Ketua tim Maulana Ceratta mengatakan, ide inovasi ini dilatarbelakangi dari kejadian salah satu anggota timnya, Haikal Madu yang mengalami kehilangan helm berulang kali.
"Dari kejadian tersebut, kami berupaya untuk mencari informasi terkait data-data kriminalitas yang berkaitan dengan helm di kota kami, yaitu Kota Fakfak, Papua Barat," kata Maulana seperti dikutip dari laman Direktorat Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Kamis (28/12/2023).
Menurut Maulana, berdasarkan data yang mereka peroleh, 39 dari 222 kasus kriminal di Kota Fakfak sepanjang tahun 2022, merupakan pencurian helm.
"Berarti persentase Pencurian Helm sekitar 17,57 persen," beber Maulana.
Selain itu, lanjut Maulana, meskipun Fakfak memiliki banyak keindahan alam dan tergolong maju dalam bidang pariwisatanya, Fakfak masih tertinggal dengan teknologi yang tidak memadai. Maka dari itu, kriminalitas seperti pencurian masih belum bisa teratasi dengan baik.
"Tim kami kemudian mengusung permasalahan ini. Kami ingin mencari cara bagaimana mengatasi kasus pencurian helm. Namun, kami kerucutkan dalam lingkup yang kecil yaitu di lingkungan kampus kami terlebih dahulu," ungkap Maulana.
Baca juga: Mahasiswa UNY Inovasi Sabun Anti Jerawat dari Minyak Kelapa
Maulana dan timnya kemudian menciptakan alat berbasis internet of things (IoT) menggunakan Raspberry Pi, sensor, kamera webcam, dan komponen lainnya. Alat ini bisa memantau pergerakan penyusup dan pencuri ketika melakukan pencurian.
Tim ini membuat dua alat dan menempatkannya di lokasi yang berbeda agar dapat mencakup sudut pandang yang berbeda.
"Kedua alat ini mengarah ke parkiran di jurusan kami. Biasanya mahasiswa meletakkan helm mereka di atas motor," tambah Maulana.
Maulana mengungkapkan, alat yang mereka kembangkan ini akan bekerja pada pukul 09.00 hingga 12.00 WIT dan non-aktif pada pukul 13.00, lalu aktif kembali pada pukul 14.00 hingga 17.00 WIT.
Alat tersebut hanya aktif di jam-jam sibuk, ketika mahasiswa dan dosen tidak berlalulalang di area parkiran.
Sehingga ketika alat mendeteksi pergerakan manusia di area parkiran akan diidentifikasi sebagai "penyusup" dan alarm akan berbunyi dengan intensitas rendah untuk memberitahukan lingkungan sekitar.
Jika orang yang disinyalir akan melakukan pencurian helm mendekati bahkan mengambil obyek yang diidentifikasi sebagai helm ataupun kendaraan, alarm akan mengeluarkan suara dengan intensitas tinggi.
Suara tersebut bisa didengar oleh siapa pun di lingkungan sekitar kampus, dan pihak keamanan atau satpam bisa menindak secara langsung.
Baca juga: 7 Jurusan Kuliah Paling Sulit, Ada Fisika Murni hingga Informatika
Kedepannya, tim akan berinovasi dengan menanamkan chip yang bisa melacak pergerakan pencurian helm.
Namun, chip ini hanya sebatas melakukan pelacakan di area sekitar kampus agar mudah ditindak oleh Satpam dan chip ini tidak akan selalu aktif di luar kampus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.