Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat UGM Usul Ada Mata Pelajaran Pertanian di Kurikulum Nasional

Kompas.com - 11/01/2024, 14:01 WIB
Sania Mashabi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pengamat pertanian dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Dwi Apri Nugroho menyarankan adanya mata pelajaran pertanian di kurikulum untuk sekolah SD, SMP dan, SMA.

Hal itu dimaksudkan agar generasi muda bisa memahami pertanian sejak dini dan memiliki minat yang besar terhadap dunia pertanian.

"Salah satu cara efektif yaitu dengan memasukkan materi pertanian dan teknologi pertanian ke dalam kurikulum atau materi pembelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA," kata Bayu dilansir dari laman resmi UGM, Rabu (10/1/2024).

Baca juga: Cerita Putri Lolos Beasiswa LPDP ke Belanda, Dimulai dengan Daftar IISMA

Bayu mengatakan, saat ini Indonesia tengah mengalami krisis regenerasi petani, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 jumlah petani mencapai 33,4 juta orang.

Dari angka tersebut, jumlah petani muda yang berusia 20-39 tahun hanya delapan persen atau setara dengan 2,7 juta orang dan sekitar 30,4 juta orang atau 91 persen petani berusia mayoritas di usia mendekati 50-60 tahun.

Sementara pada tahun 2017-2018 terjadi penurunan jumlah petani muda yang mencapai angka 415.789 orang.

Meski demikian memasukkan mata pelajaran pertanian ke kurikulum masih perlu dukungan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Salah satunya dengan sebanyak mungkin membangun agrotourism dan agroedutechnopark di daerah-daerah yang bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran.

Baca juga: Beasiswa S1 ke Australia 2024, Kuliah Gratis dan Uang Saku Rp 733 Juta

"Siswa-siswa SD, SMP dan SMA dijadwalkan untuk kunjungan ke agrotourism atau agroedutechnopark tersebut secara terprogram dan terjadwal, ujarnya.

Menurut Bayu, saat berkunjung ke agrotourism atau agroedutechnopark anak muda bisa lebih paham dan mengerti masalah pertanian dan berbagai teknologi yang dipergunakan.

Sebab, sampai saat ini, masyarakat masih memiliki pandangan bahwa pertanian identik dengan petani tua, konvensional, kotor-kotor dan tidak menguntungkan.

“Saya kira dengan pengenalan pertanian dan teknologinya sedini mungkin di tingkat SD, SMP dan SMA, ada harapan di masa depan Indonesia bisa terbebas dari bayang-bayang impor," ungkapnya.

"Bahkan, jika mungkin sebagai negara pengekspor pangan yang tentunya akan meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia," ucap Bayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau