KOMPAS.com - Takut ketinggalan tren, suka mencoba apapun yang sedang trending bisa jadi adalah tanda Fear of Missing Out (FOMO).
FOMO bisa memicu seseorang harus melakukan hal yang sama dengan orang lain. Hal ini bertambah parah pada generasi muda karena generasi muda sangat dekat dengan media sosial. Mereka merasa harus mengikuti tren tertentu agar tidak dibilang ketinggalan zaman.
FOMO akhirnya membuat siapapun mudah cemas karena takut kehilangan tren.
Baca juga: Dosen UMM Kasih 5 Tips Jalani Investasi Emas pada 2024
Tetapi tak selamanya FOMO bisa membawa dampak negatif. Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Abdus Salam ikut menyoroti aspek FOMO dalam dinamika sosial.
Sebagai seorang pakar Sosiologi, ia menilai bahwa manusia sebagai makhluk sosial memiliki keinginan untuk diakui oleh orang lain.
“Jika dari perspektif sosiologi, ini termasuk dalam teori achievement mendorong seseorang untuk meningkatkan kualitas diri,” terang Salam, dilansir dari rilis UMM.
Kata Salam, FOMO juga punya banyak dampak positif bagi seseorang. Misalnya, FOMO dapat mendorong individu untuk terlibat lebih aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Baca juga: Sayur Organik Bisa Berpotensi Tidak Sehat, Ini Penjelasan Dosen UMM
Selain itu, juga memotivasi seseorang untuk mengikuti perkembangan terkini dalam berbagai bidang.
Sehingga, menciptakan iklim yang terus berinovasi dan mengembangkan minat baru.
Sebagai contoh nyata, ia mencatat salah satu sisi positif dari FOMO adalah tren penjualan di Tiktok.
“Ini adalah momentum berjualan yang dapat menunjang perekonomian, masyarakat dapat berkreasi dengan bebas melalui tren ini. Ini menjadi fakta sosial yang tidak bisa dihindari,” paparnya.
Dampak positif lain dari FOMO, misalnya ikut menambah paradigma sosial. Orang bisa semakin open minded akan perkembangan yang ada.
Hal itu dikarenakan FOMO menjadikan masyarakat lebih terbuka terhadap keberagaman dan perkembangan budaya.
Dalam suatu kegiatan atau acara tertentu, masyarakat cenderung untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama, menciptakan jejaring sosial yang lebih kuat.
FOMO juga berperan dalam memotivasi individu untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek sosial dan amal.
"Ketika seseorang merasa terdorong untuk tidak ketinggalan terhadap upaya kemanusiaan atau proyek-proyek sosial, ini dapat menciptakan gelombang positif solidaritas dan kontribusi masyarakat. Bahkan fenomena ini juga dapat menaikkan popularitas seseorang. Contohnya pendakwah di Madura yang tiba-tiba viral karena aksi dakwahnya yang dilakukan di sosial media,” sebutnya.
Meskipun demikian, Salam juga memberi peringatan terkait dampak negatif yang ditimbulkan dari FOMO dalam masyarakat.
Fenomena ini tak lepas kaitannya dengan perkembangan teknologi, termasuk gawai. Hal ini tentu akan merenggangkan hubungan antar sesama dan menimbulkan kesenjangan sosial.
“Saat ini citra dan fakta susah dibedakan, mengingat semua kegiatan dengan gampangnya diposting di media sosial. FOMO itu tidak dapat dihindari, tetapi tetap harus diimbangi dengan pola interaksi sosial seperti aktif berkontribusi dan berpartisipasi pada kegiatan di lingkungan masyarakat,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.