Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Novel “Sapaan Sang Giri”, Soroti Perbudakan Masyarakat Jawa di Afrika Selatan

Kompas.com - 02/07/2024, 15:17 WIB
Selina Damayanti,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Dalam acara Makassar International Writers Festival 2024, novel sejarah berjudul “Sapaan Sang Giri” karya Isna Marifa diluncurkan.

Buku yang diterbitkan oleh Kabar Media Books ini membawa pembaca ke sebuah babak sejarah Indonesia yang kurang dikenal, tetapi sangat penting. Menyoroti aspek perbudakan masyarakat Jawa di Afrika Selatan pada masa kolonial.

"Tak banyak yang mengetahui sejarah perdagangan budak dari Nusantara ke Afrika Selatan di abad ke-18; tempat yang juga menjadi tempat pengasingan bagi para pejuang dan pangeran Nusantara yang melawan VOC," ujarIsna Marifa.

Baca juga: Luncurkan Buku Seni Membaca Rahasia Manusia, Jubun Bagikan Pengalaman Pecahkan Kasus-kasus Sulit

Sapaan Sang Giri menyajikan narasi yang mendalam tentang perbudakan di Afrika Selatan, yang melibatkan orang-orang Nusantara. Novel ini mengisahkan asal mula komunitas multikultural Cape Malay di Afrika Selatan.

Pertama kali diterbitkan pada bulan September 2020 oleh Penerbit Ombak, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Mountains More Ancient pada tahun 2022 oleh Kabar Media.

Edisi kedua Sapaan Sang Giri diluncurkan pada Mei 2024 oleh Kabar Media Books, mengajak pembaca melintasi waktu, mengikuti perjalanan seorang anak perempuan dan ayahnya dari Jawa, yang terjebak dalam sistem perbudakan di Cape Colony yang sedang dikembangkan oleh VOC.

Cerita ini berfokus pada Parto dan Wulan, yang diperbudak di Tanjung Harapan, Afrika Selatan karena ketidakmampuan Parto membayar hutang. Bersama rekan-rekan buruh perkebunan, mereka berusaha mempertahankan budaya dan cara hidup Jawa di lingkungan asing tersebut.

Melalui narasi yang kompleks dan pengembangan karakter yang mendalam, Sapaan Sang Giri menggali kerinduan para karakter terhadap tanah air mereka dan memberikan gambaran sejarah Jawa serta Cape Colony.

Baca juga: Novel Rasina, Melihat Sejarah Kelam Perbudakan pada Masa Penjajahan

Pembaca diperkenalkan dengan ajaran spiritual Jawa yang membimbing para protagonis melalui perjuangan mereka. Novel ini juga menggambarkan tahap awal berkembangnya masyarakat multikultural Cape Malay di Afrika Selatan.

Setiap halaman Sapaan Sang Giri menjadi pengingat akan ketangguhan umat manusia dan pencarian identitas di tengah arus sejarah yang bergejolak.

Komunitas Cape Malay di Afrika Selatan berakar pada abad ke-17 dan ke-18 ketika budak dari Asia, khususnya Nusantara, dan Timur Tengah dibawa ke Cape Colony oleh VOC.

Meskipun berada dalam kondisi perbudakan yang keras, komunitas ini berhasil mempertahankan identitas budaya mereka dengan beradaptasi dan berpadu dengan tradisi lain serta pengaruh pribumi dan Eropa.

Para pangeran dan pejuang dari Nusantara yang diasingkan oleh VOC menjadi pemersatu dan pengayom bagi kalangan pekerja. Setelah penghapusan perbudakan, komunitas tersebut terus menghadapi tantangan sosio-ekonomi tetapi tetap berkembang dan memberikan kontribusi signifikan terhadap keragaman budaya Afrika Selatan.

Hingga saat ini, komunitas Cape Malay dikenal dengan warisan budayanya yang kaya dan beragam festival serta acara yang menampilkan semangat dinamis mereka.

Feby Indirani, penulis “Bukan Perawan Maria dan Memburu Muhammad”, mengatakan, “Selain mengeksplorasi tema yang jarang digarap, Sapaan Sang Giri juga menarik dari segi format, menggabungkan puisi dan prosa untuk mengungkapkan suara dari tokoh-tokoh berbeda. Novel ini penting: mengingatkan kita bahwa sejarah juga terjalin dari kisah-kisah ‘wong cilik’ yang kesulitan menentukan nasib mereka sendiri.”

Baca juga: Perkuat Literasi, Badan Bahasa Sebarkan Buku Bacaan kepada Pemudik

Bagi pembaca edisi bahasa Inggrisnya, Mountains More Ancient, buku ini memberi sokongan tak terduga bagi pencarian akar budaya mereka. Jurnalis kelahiran Afrika Selatan, Haydé Adams, yang kini berdomisili di Amerika Serikat, telah mewawancarai Isna Marifa untuk menggali dan menceritakan asal usul komunitas Cape Malay.

Demikian pula, mahasiswa doktoral Universitas Stanford asal Afrika Selatan, Mpho Calachan Molefe, menekankan peran penting buku ini sebagai sumber daya bagi mereka yang mencari wawasan komprehensif tentang sejarah keterkaitan Afrika Selatan dan Indonesia.

Sapaan Sang Giri diterbitkan oleh Kabar Media Books, sebuah penerbit di Indonesia yang berfokus pada publikasi berkualitas tinggi dan menarik secara visual.

Hingga saat ini, Kabar Media Books telah menerbitkan buku-buku tentang Indonesia dalam bahasa Inggris untuk pembaca mancanegara. Sapaan Sang Giri adalah terbitan berbahasa Indonesia pertama mereka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com