Kolom Biz
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Swiss German University
Swiss German University (SGU)
Akademisi

Kanal konten edukasi Swiss German University yang inovatif dan menginspirasi, dengan fokus pada pengalaman belajar unggul, pembelajar global, dan transformasi karakter positif.

Hari Ibu dalam Perspektif Industri 4.0: Apresiasi Perempuan Indonesia di Era Digital

Kompas.com - 23/12/2024, 16:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Dr. Tanika D. Sofianti, S.T., M.T.

Dosen Program Studi Industrial Engineering SGU

SETIAP 22 Desember, masyarakat Indonesia merayakan Hari Ibu dengan berbagai kegiatan yang penuh kehangatan. Momentum ini sering kali diwarnai dengan pemberian bunga, ucapan terima kasih kepada ibu, dan acara penghormatan sederhana di rumah ATaupun komunitas.

Namun, apakah peringatan tersebut menjadi momen apresiasi dan penghormatan hanya kepada perempuan dalam perannya sebagai seorang ibu, bunda, umi, mama atau mother?

Meski Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember sering kali dipersepsikan sebagai penghormatan kepada peran perempuan sebagai ibu yang melahirkan anak-anaknya dan peran domestiknya sebagai ibu rumah tangga, Anda perlu tahu faktanya. Berangkat dari Mother’s Day di negara-negara lain, Hari Ibu di Indonesia memiliki akar sejarah yang sangat kuat.

Penetapan 22 Desember sebagai Hari Ibu di Indonesia merujuk pada Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 1928 di Yogyakarta. Kongres ini menandai awal gerakan perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya, terutama di bidang pendidikan, kesejahteraan, dan partisipasi politik. Sejarah ini mengingatkan kita bahwa Hari Ibu adalah momen refleksi atas perjuangan panjang perempuan Indonesia dalam ikut serta membangun bangsa.

Baca juga: Membangun Masa Depan Industri 4.0 Indonesia Melalui Ericsson Hackathon 2024

Dengan demikian, Hari Ibu 22 Desember bukan hanya tentang peran biologis atau status sebagai seorang ibu (mother), tetapi juga pengakuan atas kontribusi perempuan dalam berbagai bentuk yang ditujukan baik kepada seorang full-time mother, ibu bekerja, ataupun perempuan yang child-free.

Hari Ibu adalah momen untuk menghargai keberagaman dan mengapresiasi peran seluruh perempuan di Indonesia, serta memperjuangkan hak mereka untuk menentukan jalan hidup sesuai dengan keinginan dan potensi mereka.

Hari Ibu sejatinya tidak hanya dapat diperingati dengan pemberian hadiah atau apresiasi simbolis kepada ibu-ibu di rumah. Mengembalikan makna Hari Ibu sebagai momentum untuk mendorong peran perempuan di luar ranah domestik perlu dilakukan.

Baca juga: Langkah Sederhana untuk Menangkal Ancaman Siber di Era Digital

Dalam sejarah dan perkembangan masyarakat di Indonesia, perempuan memainkan berbagai peran strategis sebagai agen perubahan, baik di keluarga maupun di ruang publik. Dengan merayakan Hari Ibu berarti mengakui kontribusi perempuan sebagai seorang pemimpin, seorang inovator, maupun sebagai salah satu pendukung utama dalam pembangunan bangsa.

Pada era Industri 4.0, transformasi digital telah meredefinisi banyak aspek kehidupan, termasuk peran perempuan.

Hari Ibu menjadi kesempatan untuk merefleksikan peran perempuan dalam dunia kerja modern yang didukung teknologi, pendidikan, dan inovasi. Perempuan kini tidak hanya menjadi penggerak dalam lingkup keluarga, tetapi juga menjadi penggerak di berbagai sektor termasuk sektor Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) yang krusial untuk pertumbuhan ekonomi digital.

Tantangan Perempuan di tengah transformasi digital

Industri 4.0 dan transformasi digital tidak hanya menghadirkan peluang, tetapi juga tantangan bagi perempuan Indonesia.

Baca juga: Membekali Generasi Z untuk Menjadi Profesional Unggul

Teknologi telah memberikan platform bagi perempuan untuk mengekspresikan diri, berkreasi, dan berinovasi.

Namun di sisi lain, perempuan juga menghadapi ancaman seperti cyberbullying, kekerasan berbasis gender di dunia maya, pelecehan online dan diskriminasi digital yang menjadi ancaman nyata yang dapat menghambat perempuan Indonesia untuk berpartisipasi secara penuh di ruang digital.

Menurut data dari beberapa sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dan Databoks, tren persentase dari akses perempuan Indonesia ke internet dari 2021 hingga saat ini terus mengalami peningkatan.

Oleh karena itu, Hari Ibu menjadi sebuah momentum untuk melakukan inisiasi penguatan literasi digital perempuan Indonesia, sehingga mereka dapat menggunakan teknologi secara aman dan produktif.

Baca juga: Menggerakkan Generasi Hijau: Kontribusi Mahasiswa dalam Praktik Keberlanjutan

Dengan kata lain, peringatan Hari Ibu ini menjadi sebuah ajakan bagi semua kalangan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan, termasuk mengenai literasi digital, yang mencakup aspek teknis, keamanan, dan etika.

Kesenjangan gender di sektor industri, bisnis dan teknologi juga perlu menjadi perhatian. Data dari McKinsey menunjukkan bahwa perempuan hanya mengisi 22 persen posisi di bidang teknologi global [McKinsey & Company].

Sementara itu di Indonesia, perempuan sering kali menghadapi stereotip gender yang menganggap mereka kurang kompeten di bidang teknologi [Deutsche Welle dan Suara].

Untuk itu, diperlukan upaya kolektif dari pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta untuk mendorong terciptanya ekosistem yang inklusif, di mana perempuan memiliki peluang yang setara untuk berkembang di bidang STEM.

Merajut semangat Kartini

Semangat Kartini dalam memperjuangkan pendidikan perempuan sangat erat dengan nilai-nilai Hari Ibu yang menekankan pentingnya peran perempuan dalam membangun bangsa.
Kombinasi semangat ini menjadi pendorong utama untuk mencetak lebih banyak perempuan dengan kompetensi yang siap bersaing di era digital.

Baca juga: Ada Apa dengan Akuntansi dan Gen Z?

Perempuan disebutkan di beberapa sumber memiliki peran penting dalam mendorong transformasi industri karena perempuan mempunyai kemampuan yang lebih unggul dari kaum pria di beberapa hal, terutama terkait pada kemampuan multitasking, cepat mempelajari hal-hal baru, kreativitas dalam berinovasi, dedikasi, loyalitas, endurance untuk bekerja jangka panjang, dan kepemimpinan yang inklusif.

Dengan mengikutsertakan perempuan di dalam sebuah tim kerja, maka tim akan menjadi lebih seimbang dan saling melengkapi.

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa organisasi dengan keterlibatan perempuan yang lebih tinggi cenderung lebih inovatif dan produktif [Research ILO 2020, Kompas, dan Master Thesis di UGM].

Dengan demikian, kesetaraan gender di bidang pendidikan dan teknologi menjadi upaya yang harus diutamakan dalam rangka memberdayakan perempuan Indonesia secara optimal untuk menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik.

Pada era Industri 4.0, keterampilan STEM menjadi semakin penting untuk membangun ketahanan ekonomi sebuah bangsa. Oleh karena itu, pendidikan STEM menjadi salah satu pilihan utama untuk mencetak lebih banyak perempuan yang siap memimpin proses transformasi digital di Indonesia.

Perempuan di era transformasi digital memiliki kesempatan luar biasa untuk menjadi inovator, ilmuwan, insinyur, atau pemimpin di bidang teknologi. STEM bukan hanya tentang angka atau rumus, tetapi tentang menciptakan dampak, tentang menciptakan solusi untuk berbagai masalah.

Perempuan dengan kompetensi di bidang STEM akan mempunyai peranan besar di dalam menciptakan teknologi untuk memecahkan berbagai masalah global, untuk berkontribusi dalam berbagai sektor strategis, seperti industri, teknologi digital, kecerdasan buatan, dan energi terbarukan.

Semangat Kartini dan Hari Ibu di era Industri 4.0 menjadi ajakan bagi perempuan Indonesia untuk berani memasuki dunia STEM, menguasai teknologi untuk masa depan, menginspirasi generasi berikutnya dan menciptakan solusi bagi dunia.

Dengan menguasai ilmu STEM, perempuan Indonesia dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak besar bagi masyarakat. Pendidikan yang inklusif dan dukungan dari keluarga, sekolah, lingkungan serta masyarakat sangat penting untuk mendorong perempuan Indonesia mengejar mimpi mereka di bidang STEM.

Negara dapat ikut berperan dengan memperkuat akses pendidikan, mengurangi kesenjangan gender di dunia kerja, dan mendorong partisipasi perempuan dalam sektor teknologi [Worldbank, Ruangkubelajar dan liputan6].

Oleh karena itu, program nasional yang fokus pada pemberdayaan perempuan harus diperluas, di antaranya dengan meningkatkan akses terhadap pendidikan dan pelatihan digital bagi perempuan, mendorong inisiatif-inisiatif yang relevan dengan peningkatan kesetaraan gender di tempat kerja, jaminan keamanan digital untuk perempuan, dan juga mengadakan insentif bagi perempuan di bidang STEM dan kewirausahaan digital.

Untuk seluruh perempuan Indonesia

Mari memaknai semangat Kartini dan Hari Ibu dengan mengingat bahwa semua perempuan Indonesia memiliki peran besar dalam membangun bangsa, menjadi pilar penting tidak hanya di dalam sebuah rumah, tetapi juga di dunia profesional dan akademis.

Semangat Kartini dan Hari Ibu mengajarkan bahwa semua perempuan di Indonesia memiliki hak, potensi, dan kesempatan yang sama untuk berkembang, belajar, dan berkontribusi di berbagai bidang, termasuk di bidang STEM.

Mari jadikan hari Ibu tahun ini menjadi momen untuk merayakan semangat dan dedikasi perempuan Indonesia sebagai penggerak perubahan dan pilar kemajuan bangsa—bukan hanya kepada para ibu atau mother, melainkan juga kepada semua Perempuan Indonesia di seluruh lapisan masyarakat yang terus berkarya, dan menjadi penyangga kokohnya bangsa Indonesia di tengah badai transformasi global.

Selamat Hari Ibu untuk semua perempuan Indonesia yang luar biasa! Tetaplah berkarya, berjuang, dan memimpin untuk dunia yang lebih baik.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau