Forum ini diadakan untuk menumbuhkan kepedulian kaum muda pada isu-isu lingkungan hidup. Bentuk kepedulian tersebut akan dirumuskan dalam satu solusi yang nantinya dipresentasikan kepada pemerintah setempat guna memberikan masukan dalam menyelesaikan persoalan lingkungan.
Forum tersebut untuk kali pertama digelar di Indonesia. Kegiatan yang dimulai sejak Senin (19/8/2013) hingga Selasa (27/8/2013) ini diisi berbagai kegiatan dan melibatkan siswa-siswi SMA dari enam negara peserta, yakni Indonesia, Jepang, China, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Puncak acara digelar pada Sabtu (24/8/2013) malam di Hotel Borobudur, Jakarta.
Setelah melakukan riset singkat, mendapat masukan dari pemerintah lokal, serta mengunjungi lokasi-lokasi terkait tema, para siswa peserta akan merumuskan beberapa jalan keluar yang bisa dilakukan pemerintah setempat dalam rangka menanggulangi masalah lingkungan di kotanya. Khusus untuk forum kali ini di Jakarta, para siswa-siswi SMA dari enam negara tersebut membahas solusi penanganan dan pengelolaan sampah.
Seorang peserta dari Jakarta yang bersekolah di SMA Al-Azhar 1 Kebayoran, Khansaa' Ziz Fathima, mengungkapkan bahwa yang paling penting dipahami adalah kesadaran dari diri tentang apa itu sampah.
"Sampah itu bisa berguna, tapi bisa membahayakan. Kita cari cara agar sampah itu bisa dipergunakan," ujar Khansaa.
Pada Aeon Asia Eco Leaders ini Khansaa bergabung dalam satu kelompok bernama Kelompok B dengan Ardhana Tahariza Syarif (Indonesia), Li Yue Lin (China), Ren Jia Wei (China), Haruna Yurugi (Jepang), Yuka Shiotsuki (Jepang), Nur Aresya Natasya Binti Abdul Qahhar (Malaysia), Narikun Ketprapakorn (Thailand), dan Ngo Dang Hoan Thien (Vietnam). Khansaa dan teman-teman di kelompoknya mengusulkan cara penanggulangan sampah dengan tiga pendekatan, yaitu public awareness, pemerintahan, dan cara-cara khusus mengolah sampah.
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Joni Tagor mengungkapkan dukungannya pada ide-ide segar dari siswa-siswi ini. Ia tidak mengelak bahwa masih banyak masalah harus dihadapi Pemprov DKI Jakarta seputar sampah.
"Kendala yang kita hadapi adalah kemampuan mereka (penduduk miskin DKI Jakarta) membayar, kaitan dengan mengolah sampah, memilah sampah dari awal, kemudian bagaimana mengolah lebih lanjut," ujar Joni.
Dia menekankan, sudah seharusnya tiap-tiap rumah tangga dan perusahaan yang menghasilkan sampah bertanggung jawab pada sampahnya sendiri. Dalam skala terkecil, tiap-tiap rumah tangga seharusnya memilah sampah sebelum sampai pada pengolahan sampah pusat.
Pada proses tersebut, menurut dia, warga dapat meraih keuntungan secara ekonomi dengan menjual kembali sampah yang bisa didaur ulang. Pemilahan sampah, terutama sampah yang bisa didaur ulang, bisa dimulai dari satuan terkecil kependudukan, yaitu keluarga atau rumah tangga. Dengan begitu, di masa mendatang, pemerintah setempat dapat berkonsentrasi pada pengolahan sampah yang bersifat limbah tidak bernilai ekonomis, bahkan limbah berbahaya.
Adapun forum Aeon Asia Eco-Leaders diadakan oleh Aeon 1% Club, yaitu bagian dari perusahaan asal Jepang, Aeon. Kegiatan ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan Aeon. Setiap perusahaan yang merupakan bagian dari Aeon akan menyumbangkan 1 persen dari laba sebelum pajaknya untuk digunakan pada gerakan-gerakan konservasi lingkungan dan kegiatan sosial yang berfokus pada tiga pilar, yaitu kegiatan konservasi lingkungan, kebudayaan internasional, pertukaran inter-personal, dan pengembangan sumber daya manusia, serta promosi kebudayaan regional dan masyarakat.
Selain diikuti oleh siswa-siswi SMA, Aeon Asia Eco-Leaders juga memiliki program yang akan diikuti oleh mahasiswa. Program tersebut rencananya akan diadakan pada November 2013 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.