Budaya Kampus Menjaga Solidaritas Mahasiswa

Kompas.com - 25/09/2013, 14:38 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya solidaritas yang dibangun para mahasiswa baru sebuah perguruan tinggi harus diapresiasi oleh pihak pengelola pendidikan, terutama solidaritas untuk kebaikan bersama. Pihak universitas harus memperkuat solidaritas mahasiswa untuk mendorong motivasi dan semangat belajar mereka.

Demikian diungkapkan Kepala Biro Kemahasiswaan Universitas Nasional Unas, Drs Monang Djihado yang mengungkapkan apresiasinya kepada mahasiswa non-muslim yang masih terus semangat mengikuti pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) pada 19 - 20 September 2013 lalu di Gedung Menara 165, Cilandak. Selain budaya ESQ yang selama ini diterapkan untuk para mahasiswa baru, pihak Unas juga menggelar Pengenalan Sistem Pendidikan Tinggi (PSPT) dan Pengenalan Ekstrakurikuler (Penaku) sebagai salah satu upaya memperkenalkan lingkungan kampus secara utuh yang sejak 16–21 September 2013 di lingkungan kampus Unas, Jakarta. 

"Ini langkah awal kami mendorong motivasi dan semangat mahasiswa. Solidaritas yang telah dibangun para mahasiswa baru ini harus terus dipertahankan, terutama dalam hal-hal yang positif dan untuk kebaikan mereka bersama-sama," ujar Monang kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (25/9/2013).

Apresiasi senada juga diungkapkan instrukturESQ 165, Reggy Latief. Reggy mengaku tidak hanya dipukau oleh semangat dan kesungguhan para mahasiswa baru dalam mengikuti pelatihan tersebut, tapi juga solidaritas kuat yang diciptakan dari mahasiswa non-muslim untuk tetap konsisten mengikuti in house training tersebut di tengah mahasiswa yang mayoritas muslim.

"Kami memberikan apresiasi tinggi kepada mahasiswa baru ini, terutama mahasiswa yang beragama non-muslim. Walaupun di tengah kawan yang mayoritas muslim, mereka mampu berbesar hati dan tetap bertahan selama dua hari dalam pelatihan ini," kata Reggy.

Ditemui pada kesempatan berbeda, mahasiswa Sastra Jepang penganut agama Budha, Silvia Kusumawati, mengaku bahwa meskipun berbeda, tapi tujuannya dan inti pelatihan ESQ tetap satu, yaitu untuk menjadikan pribadi mahasiswa lebih baik lagi ke depannya.

"Justru, perbedaan ini membuktikan bahwa solidaritas kita kuat," imbuh Silvia.

Budaya

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Unas dan Akademi-akademi Nasional menyelenggarakan program in house training Emotional Spiritual Quotient (ESQ) selama dua hari bagi para mahasiswa barunya. Pelatihan ESQ untuk keempat kalinya ini bertujuan untuk menjadi bekal para mahasiswa sebelum mulai belajar di perguruan tinggi dan masyarakat.

Reggy Latief, salah satu instruktur pelatihan ESQ mengatakan, para program pelatihan ini ia bersama timnya berupaya mengupas peringkat kepemimpinan yang kelak akan mengantarkan mahasiswa menjadi pemimpin sukses, baik bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya. Adapun peringkat karakter menjadi pemimpin ideal yang dipaparkan oleh Reggy adalah jujur, berpandangan jauh, kompeten, memberi inspirasi, cerdas, adil, berpandangan luas, mendukung, terus terang dan bisa diandalkan.

"Salah satunya adalah bagaimana kita mengenal diri agar mampu menghadirkan sifat-sifat mulia sebagai cerminan suara hati secara konsisten. Emosi merupakan kendaraan kita untuk terjun ke dalam diri kita sendiri," kata Reggy.

Reggy berharap, pelatihan ini tidak hanya akan membentuk kepribadian mahasiswa menjadi lebih baik, tapi juga memberikan kesempatan untuk bersosialisasi dengan mahasiswa lintas fakultas yang memberikan banyak wawasan baru di antara mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau