Presiden SBY: Pendidikan Bukan Sekadar Mengirim Anak ke Sekolah

Kompas.com - 15/08/2014, 16:40 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, sektor pendidikan dan kesehatan telah menjadi prioritas utama dalam kebijakan dan program pemerintah. Mengutip pernyataan pemenang Nobel Bidang Ekonomi, Prof Amartya Sen, Presiden menyatakan syarat mutlak kemajuan suatu bangsa terletak pada sektor pendidikan dan kesehatan.

"Pendidikan bukan sekadar urusan mengirim anak-anak kita ke sekolah. Pendidikan adalah cara yang paling tepat untuk memberantas kemiskinan, memperluas kelas menengah dan membangun indonesia modern di abad 21," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka HUT Ke-69 Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 2014 pada sidang bersama DPR RI dan DPD RI di Ruang Rapat Paripurna Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jumat (15/8/2014).

Presiden menyampaikan, sesuai mandat konstitusi anggaran pendidikan telah mencapai 20 persen lebih dari APBN. Namun, Presiden mengingatkan, penambahan anggaran saja tidak otomatis menjamin suksesnya pendidikan.

"Yang penting itu adalah akses dan kualitas pendidikan harus terus terjamin di semua tingkatan," katanya.

Setelah 69 tahun merdeka, Presiden meyakini, para pendiri bangsa akan bersyukur dan bergembira melihat transformasi bangsa Indonesia di abad ke-21 ini. Presiden menuturkan, saat baru merasakan kemerdekaaan, sebagian besar penduduk Indonesia buta huruf. Kini, rakyat Indonesia memiliki sistem pendidikan yang kuat dan luas.

"Mencakup lebih dari 200 ribu sekolah, tiga juta guru, dan 50 juta siswa," ujarnya.

Presiden mengatakan, bangsa Indonesia yang tadinya terbelakang di Asia, kini Indonesia telah naik menjadi negara berpenghasilan menengah. Selain itu, kata Presiden, Indonesia menempati posisi ekonomi ke-16 terbesar dunia.

"Bahkan, menurut Bank Dunia telah masuk dalam 10 besar ekonomi dunia jika dihitung dari purchasing power parity," katanya.

Presiden menjelaskan, bangsa ini dari yang seluruh penduduknya miskin di tahun 1945, kini Indonesia di abad ke-21 mempunyai kelas menengah terbesar di Asia Tenggara dan salah satu negara dengan pertumbuhan kelas menengah yang tercepat di Asia.

"Dari bangsa yang kerap jatuh bangun diterpa badai politik dan ekonomi kita telah berhasil mengkonsolidasikan diri menjadi demokrasi ketiga terbesar di dunia," katanya.

"Pendek kata, setelah hampir tujuh dekade merdeka, Indonesia di abad ke-21 terus tumbuh menjadi bangsa yang semakin bersatu, semakin damai semakin makmur, dan semakin demokratis," ujarnya. (AGUNG SW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau