Empat lagu anak-anak, yakni "Elephant", "Butterfly" atau karib di telinga sebagai lagu berbahasa Sunda "Boneka Abdi", "Twinkle Twinkle Little Star", dan "Old Man and a Camel" mengalir tanpa putus menjadi medley. Di barisan depan, dengan keyboard Yamaha E443, Dhifa Sephi Parameswari, memimpin empat orang rekannya, Nabila Halimatussadia, Nadekita Puspa, Fauzy Azhari Putra Hermawan, dan Khalisa Naima R. Keempat siswa itu masing-masing memainkan keyboard Yamaha F50. "Lagi-lagi!" begitu teriakan salah satu penonton yang kelihatan menikmati permainan para siswa kelas 2 SDN yang terletak di Jalan Pajajaran, Kota Bandung, itu.
Tentu bukan kebetulan bagi Dhifa dan kawan-kawannya berunjuk kebolehan. Menurut Presiden Direktur Yamaha Musik Distributor Indonesia (YMDI) Ryo Kasai, penampilan mereka berlima adalah langkah awal program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) YMDI. Mulai dari Kota Bandung, YMDI menyumbangkan 840 keyboard untuk 40 SDN. "Ini adalah langkah awal kami," ujar Ryo Kasai dalam sambutannya di hadapan para orangtua siswa dan perwakilan SDN Dr Cipto, serta Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudyapramana.
Mudah
Keyboard Yamaha E443, terang Manajer Hubungan Masyarakat YMDI Sri Yamawati, dalam kesempatan itu, termasuk piranti musik yang lebih lengkap ketimbang varian F50. Pada keyboard E443, pengguna bisa memanfaatkan USB untuk menambah warna dan gaya musik. Keyboard berwarna abu-abu itu harga ritelnya mencapai angka Rp 5,9 juta.
Sementara itu, varian F50 yang berbanderol ritel Rp 1,6 juta per unitnya, dapat dikatakan lebih sederhana kelengkapannya jika dibandingkan dengan E443. Namun, seturut pengakuan guru kesenian SDN Dr Cipto, Katimin, kedua alat musik itu terbilang relatif mudah dimainkan oleh anak-anak. "Mereka cuma latihan sekitar empat-lima kali sudah bisa," ujar Katimin seusai menyaksikan penampilan anak asuhnya.
Pada bagian selanjutnya, Sri Yamawati mengungkapkan, setiap SDN akan mendapatkan 21 keyboard Yamaha. Rinciannya, 20 keyboard adalah F50 dan 1 keyboard E443. "Keyboard E443 khusus digunakan oleh guru kesenian," kata Sri Yamawati sembari menambahkan bahwa pelatihan untuk guru kesenian sudah dilaksanakan sejak April 2015.
Bantuan keyboard-keyboard tersebut, imbuh Sri Yamawati, diharapkan bakal menjadi pemicu bagi pihak SDN untuk menjadikan pelajaran kesenian menjadi lebih menarik. Dengan bantuan itu, para siswa bisa lebih belajar mengembangkan kemampuan di bidang kesenian.
Menurut Sri Yamawati, Bandung menjadi percontohan awal bagi program CSR YMDI. Ke depannya, program ini memunyai peluang untuk dikembangkan YMDI di wilayah lain di Indonesia. YMDI juga membuka peluang bantuan untuk Kota Bandung ditambah jumlahnya. "Kami tetap mengevaluasi program ini untuk melihat ke depannya," kata Sri Yamawati.