M Latief
PROPERTY EDITOR

PROPERTY EDITOR

"Ospek" Harus Membentuk Karakter Siswa, Tanpa Kekerasan

Kompas.com - 01/09/2016, 18:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLatief

JAKARTA, KOMPAS.com - Program pengenalan kampus saat ini sudah harus jauh dari gaya orientasi pengenalan kampus atau ospek yang melibatkan kekerasan fisik dan mental sehingga menjadi momok mahasiswa dan orang tua. Hal itu sesuai himbauan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek DIKTI) melalui Keputusan Dirjen Dikti No.25/DIKTI/Kep/2014 tentang Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kampus bagi mahasiswa baru.

"Yang dibutuhkan sekarang itu bisa mendidik mahasiswa agar memiliki karakter, integritas berlandaskan moral dan etika bangsa. Karena itu, pengenalan kampus di sini tidak hanya mengarahkan mahasiswa untuk sekadar menguasai teknologi baru, hardskill, tapi juga memiliki softskill yang mumpuni," kata Rektor Universitas Nasional, Dr. El Amry Bermawi Putera, pada kegiatan 'Pendidikan Character Building', Kamis (1/9/2016).

Untuk menyambut mahasiswa baru tahun akademik 2016/2017 ini, lanjut El Amry, pihaknya memang hanya melakukan program pengenalan kampus lewat konsep character building. Digelar selama empat sejak Selasa (30/8/2016) sampai Jumat (2/9/2016), kegiatan ini tidak hanya untuk mengenalkan kampus dan sistem pendidikannya, tapi juga membentuk karakter dan integritas mahasiswa.

"Sehingga wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa baru dan menjadi prasyarat untuk mengikuti sidang skripsi. Untuk itu, kami libatkan pembimbingnya langsung dari luar negeri yang sudah memahami betul konsep itu," ujarnya.

Para ahli softskill itu didatangkan dari Malaysia, yaitu Prof Mohd Salleh Aman dan pakar konseling Dr HM. Ray Akbar, serta Prof Saleh Aman, pakar softskill asal Universiti Malaya, Malaysia.

Pada kegiatan ini materi yang diberikan meliputi Pengenalan Sistem Perguruan Tinggi (PSPT), budaya akademik (academic culture), pembentukan mindset kewirausahaan, dan lainnya. Kesadaran untuk cinta Tanah Air juga ditanamkan melalui materi wawasan kebangsaan (National Awareness), serta materi softskill berupa kepemimpinan dan organisasi, serta kemampuan interpersonal.

"Dibagi tiga shift, yaitu pagi, siang dan sore. Mahasiswa yang sudah selesai pada shift-nya diperkenankan pulang, dan tidak ada aktivitas di luar ruangan," ujar Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Nasional, Prof Iskandar Fitri.

Fitri mengatakan kegiatan tersebut dibuat senyaman mungkin agar para mahasiswa bisa duduk nyaman di kelas dan menikmati materi yang disampaikan. Diskusi pun mengalir tanpa ada tekanan atau kekerasan.

Salah satu mahasiswa baru dari Fakultas Ilmu Hukum, Dewi Mayang Sari, mengaku nyaman mengikuti program pengenalan kampusnya. Dia tidak merasa ada kesan tertekan.

"Perbandingan antara character building dengan ospek ada pada suasana tertekan dan mencekam anak baru. Ospek kan biasanya jadi ajang balas dendam senior kepada adik-adik kelasnya. Dalam character building ini suasananya lebih nyaman, menarik, dan mengubah paradigma tentang kegiatan pengenalan kampus yang selama ini ada," kata Sari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau