DEPOK, KOMPAS.com - Tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) merancang sebuah tongkat elektronik dengan sistem radar dan global positioning system (GPS) bagi penyandang tunanetra. Dibandingkan dengan tongkat konvensional, tongkat elektronik ini lebih unggul manfaatnya.
Adapun ketiga mahasiswa tersebut adalah Suharsono Halim (fakultas teknik elektro, 2012), Finna Handafiah (teknik industri, 2013), dan Ria Aprilliyani (teknik elektro, 2013). Kerja keras mereka di bawah bimbingan dosen teknik elektro UI Dr Arief Udhiarto.
Melalui karyanya itu, Suharsono dan tim berharap mampu memberikan solusi atas kendala yang dialami para penyandang tunanetra, terutama dapat meningkatkan mobilitas mereka. Disebut lebih unggul dari tongkat konvensional, lanjut Suharsono, karena tongkat tersebut dapat memetakan (mapping) obyek pada lebih dari satu sudut, yaitu sisi depan, kanan dan kiri pengguna tanpa harus merasa-raba.
Tak hanya itu. Alat ini juga mampu mengirimkan titik koordinat posisi pengguna kepada kerabat sehingga penyandang tunanetra tidak perlu khawatir tersesat.
"Pembuatan tongkat ini didasarkan atas keterbatasan tongkat konvensional, di mana sudut dan jarak jangkauan hanya terbatas pada satu sudut tertentu saja dengan jangkauan hanya sepanjang tongkatnya," ujarnya dalam siaran pers di Jakarta, Senin (19/9/2016).
"Demikian juga pada sisi jarak dan sudut pendeteksian obyek penghalang sangat terbatas. Lebih lanjut, saat penyandang tunanetra memasuki wilayah atau tempat baru, dia akan kesulitan untuk kembali pulang dan dapat tersesat," tambahnya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Suharsono dan tim membuat "tongkat sakti" tersebut dengan cara kerja yang hampir sama dengan tongkat pada umumnya. Hanya saja, tongkat tersebut dilengkapi tambahan konsep radar, fitur GPS, serta sebuah rompi.
Dengan adanya radar ini, penyandang tunanetra seakan dapat melihat keadaan sekitar yang
diinformasikan dalam bentuk getaran motor pada rompinya. Semakin dekat dengan obyek penghalang, maka getaran motor di rompi tersebut akan semakin tinggi.
Sementara itu, fitur GPS memungkinkan penyandang tunanetra mengabarkan posisi atau keberadaannya kepada sanak saudara atau kerabat melalui titik koordinat yang dihasilkan oleh fitur GPS tersebut.
Dengan menekan tombol darurat pada tongkat, alat ini akan mengirimkan posisinya kepada kerabat melalui jaringan GSM dalam format SMS (short message service) yang dapat dibaca melalui aplikasi yang juga telah dirancang oleh Suharsono dan tim.
Suharsono berharap ide pembuatan tongkat ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan bagi penyandang tunanetra. Harapannya tongkat tersebut dapat memberikan kemudahan serta meningkatkan mobilitas pengguna seperti layaknya masyarakat pada umumnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.