Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Jembatan bagi Toleransi di Australia

Kompas.com - 04/02/2010, 22:27 WIB

oleh Melita Rahmalia

Salah satu tantangan berada di tengah masyarakat yang begitu multikultural adalah risiko menjadi korban stereotype dan saling salah pengertian. Inilah risiko yang juga dihadapi oleh anak-anak yang berada di Australia, dimana walaupun penduduknya multikultural tetapi masih terdapat segregasi tingkat tinggi diantara masyarakatnya. Jika dalam sebuah masyarakat cenderung saling mencurigai, sedikit komunikasi, dan banyak salah pengertian, tentu saja hasil ekstrimnya bisa terjadi bullying antaragama dan antarras, atau rasisme yang berujung pada kekerasan fisik.

Tim McCowan dari WellSpring Retreat Center mulai mengajukan suatu alternatif solusi menghindari hal tersebut dalam sebuah program outreach mereka, 6 tahun yang lalu. Formatnya adalah dengan sebuah program komunitas interfaith antarsekolah yang dinamai Building Bridges.

Program ini tujuannya adalah menyediakan platform untuk siswa-siswi dari sekolah dengan latar belakang agama yang berbeda (sekolah Muslim, Yahudi, dan Kristen-Katolik) saling berkomunikasi, berbagi cerita tentang persamaan dan perbedaan mereka, dan saling bertanya. Sampai sekarang, 24 sekolah (kebanyakan swasta) dari Victoria bagian timur, barat, utara dan selatan, sudah bergabung dalam program ini.

Ketika Mr McCowan mendatangi Kepala Mazenod College 3 tahun yang lalu, Father Pat Maroney untuk presentasi, Father Maroney setuju untuk mengimplementasikan Building Bridges di sekolah tersebut. Father Michael Twigg, yang pada waktu itu menjabat sebagai Religious Education Coordinator, diminta untuk mengordinir beberapa siswa Mazenod yang ingin berpartisipasi.

Father Twigg yang ramah menyambut kami ke dalam ruang meetingnya untuk bercerita lebih dalam tentang Building Bridges.

Program Building Bridges mempunyai dua fokus utama: proses berbagi informasi dan saling bertanya, dan “Creative Day.” Setiap grup Building Bridges terdiri dari sekitar 50 siswa-siswi dari 5 sekolah yang berbeda. Mereka bertemu 5 kali, dengan tempat pertemuan (host school) bergilir diantara sekolah-sekolah yang berada dalam satu grup.

Games, ice breakers dan 25 menit pendidikan interfaith akan mengawali setiap meeting. Host school akan memulai dengan presentasi info-info tentang agama mereka. Kemudian, sesi tanya jawab secara formal akan digelar. “Siapa Yesus?”, “Kenapa kamu harus memakai jilbab?” adalah 2 contoh pertanyaan yang muncul. Menyediakan lingkungan yang aman untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan menyediakan jawaban dan penjelasan yang akurat adalah tujuan dari segmen ini.

Segmen selanjutnya berkisar ke pemahaman yang lebih dalam tentang filosofi “building bridges”. Kenapa kita perlu membangun sebuah jembatan? Bagaimana kita akan membangunnya? Apa saja perbedaan kita? Bagaimana kita memulai sebuah dialog? Sebuah aktivitas dengan fokus utama membangun kepercayaan dan menemukan persamaan sebagai umat manusia. Sesi ini tentang menyadari bahwa semua siswa-siswi adalah semata-mata manusia dan bisa berbagi, dan mempunyai perasaan dan pengalaman yang sama.

Apapun agama mereka, mereka semuanya menyukai menonton film, menyukai musik, penggemar tim football yang sama, sama-sama suka argumen dengan orangtua mereka, merasa sulit untuk belajar, sulit untuk mengeluarkan perasaan mereka, dan bahwa mereka sama-sama menyukai pantai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com