Di banyak sekolah, perpustakaan tidak berkembang optimal, baik dari sisi koleksi maupun pemanfaatannya. Kegiatan di perpustakaan terbatas membaca sesuai jam kunjung, peminjaman, dan waktu pengembalian buku.
Nurul Ampi, penanggung jawab perpustakaan di SDN Duri Pulo 04, Jakarta, Jumat (1/4), mengatakan, ia tak banyak punya bekal pengetahuan soal pengelolaan perpustakaan yang baik. Perpustakaan hanya menjadi tempat membaca yang jam kunjungnya diatur bergantian
”Pengelolaan perpustakaan juga masih manual. Semua buku di perpustakaan, baik sumbangan swasta maupun pemerintah, saya catat di buku. Lalu saya beri kode-kode supaya mudah. Itu saya pelajari sendiri,” kata Nurul, yang juga guru kelas III itu.
Sutisna, penanggung jawab perpustakaan SDN Duri Pulo 06, Jakarta, hampir sama. Ia mendapat pelatihan, tetapi terbatas. Kemampuannya baru sebatas mengelola koleksi buku perpustakaan dan mendampingi siswa di perpustakaan.
Kondisi berbeda terjadi di SDN Cilandak Barat 01, Jakarta. Sekolah itu dibantu Universitas Indonesia untuk merevitalisasi perpustakaan. Hal sama terjadi di SD Pancoran 08, Jakarta, dan SD Kramat Beji, Depok
Mahasiswa arsitektur UI dan perpustakaan sekolah berkolaborasi mengubah tampilan perpustakaan. Para guru dilatih memahami peran penting perpustakaan dan memanfaatkannya menjadi bagian dari proses pembelajaran.
Di SDN Cilandak Barat 01, ruang perpustakaan ditata atraktif. Dinding dipenuhi gambar bertema kehidupan rimba
Selain bangku, disediakan juga karpet. Di sana siswa bisa membaca dengan santai, bahkan sambil tiduran.