DEN HAAG, KOMPAS -
Demikian dikemukakan Presiden Universitas Groningen Sibrand Poppema kepada wartawan Kompas,
Hal senada dikemukakan Rektor Universitas Leiden Paul F Van der Heijden sehari sebelumnya, saat bertemu Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) RI Djoko Santoso di Leiden, Belanda. Pertemuan tersebut difasilitasi Direktur Netherlands Education Support Office (Neso) untuk Indonesia Marrik Bellen serta Atase Pendidikan RI di Belanda Ramon Mohandas.
Poppema yang merupakan pemimpin dari perguruan tinggi yang berdiri sejak 1614, mengakui pihaknya berkepentingan dengan Indonesia yang memiliki populasi pelajar dan mahasiswa yang besar, sumber daya alam yang melimpah, dan keragaman sosial-budaya. Potensi tersebut akan lebih bermakna bagi
Poppema mengingatkan, ilmu pengetahuan dan teknologi dimungkinkan berkembang apabila mendapatkan sumbangan pemikiran dari berbagai belahan dunia dan bermanfaat bagi masyarakat dunia. Itulah salah satu faktor yang mengantar fisikawan dari Universitas Groningen, Frederik Zernike, meraih hadiah Nobel tahun 1953.
Ia menyebutkan, saat ini, dari 27.500 mahasiswa di Universitas Groningen, 3.500 di antaranya merupakan mahasiswa internasional dari 115 negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Australia, Jepang, Korea, China, dan Indonesia.
”Kami ingin jumlah mahasiswa internasional itu terus meningkat, termasuk dari Indonesia yang saat ini masih berkisar antara 60-80 orang,” ujar Poppema.
Sejauh ini, Universitas Groningen telah menjalin kerja
”Studi di Belanda tidak mesti paham bahasa Belanda. Bahasa pengantar yang digunakan dalam perkuliahan dan jurnal ilmiah adalah bahasa Inggris,” kata Poppema meyakinkan.