Amerika Serikat menganggap Indonesia memiliki penduduk banyak, tetapi warga AS yang bisa berbahasa Indonesia hanya sedikit. Oleh karena itu, bahasa Indonesia dianggap kritis dan diselenggarakanlah Critical Language Scholarship (CLS) ini. Tujuan CLS membuat mahasiswa peserta program ini mampu berbahasa Indonesia secara baik. Mereka yang terpilih ikut program CLS mulai dari mahasiswa program sarjana (S-1) hingga pascasarjana (S-3).
Panitia menilik kota Malang karena berudara sejuk dan label ”Kota Pendidikan” yang melekat padanya. Sementara pemilihan Universitas Negeri Malang (UM) karena universitas itu memiliki program Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA) dan pakar bahasa Indonesia.
Program BIPA merupakan salah satu konsentrasi ilmu dari Jurusan Sastra Indonesia yang fokus untuk mewadahi mahasiswa asing belajar bahasa Indonesia. Para sarjana sastra Indonesia, khususnya BIPA UM, ada yang dikirim ke luar negeri untuk mengajarkan bahasa Indonesia.
Tahun 2012 ini ketiga kalinya UM dipercaya menjadi tempat penyelenggaraan CLS. Tahun pertama CLS diikuti 17 mahasiswa. Tahun kedua naik menjadi 25 mahasiswa. Para pengajar dibentuk menjadi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari empat-lima orang yang disesuaikan dengan keperluan masing-masing kelas. Ada tiga jenis kelas di CLS, yaitu pemula, menengah, dan mahir. Mahasiswa dikelompokkan sesuai kemampuan berbahasa Indonesia. Mahasiswa yang masih baru mengenal bahasa Indonesia ditempatkan di kelas pemula.
Tidak hanya belajar di kelas, para mahasiswa juga diberi kesempatan tur ke sejumlah tempat. Tur dilakukan setiap akhir pekan, antara lain, Wonosari Tour, Village and Islamic Boarding School, dan Gunung Bromo.
Setiap mahasiswa CLS dibimbing dua tutor yang merupakan mahasiswa UM. Ada seleksi khusus oleh pihak BIPA untuk memperoleh tutor berkualitas. Hal yang paling diutamakan dalam seleksi ini, antara lain, motivasi awal, komitmen, dan loyalitas para tutor.
Tutor terpilih bertugas mengantar-jemput mahasiswa CLS dari rumah singgahnya ke kampus selama seminggu. Atau setidaknya sampai mahasiswa CLS hafal jalan pergi pulang rumah singgah ke kampus. Tutor juga bertugas memberi info mengenai akses dan petunjuk kepada peserta CLS dalam memenuhi kebutuhannya. Contohnya, jika ada mahasiswa yang ingin ke pasar, tutor harus menunjukkan pasar terdekat dan akses ke sana. Lebih baik lagi jika tutor juga menemani mahasiswa mencari kebutuhannya seperti ke pasar sembari praktik berbahasa Indonesia.
Beberapa tutor mengaku menemui tantangan berbeda dalam menghadapi setiap mahasiswa. ”Jika menghadapi mahasiswa pemula dalam berbahasa Indonesia, tantanganya adalah harus sabar mengajarkan kosakata bahasa Indonesia secara intensif,” ungkap Wisnu Bramantyo, tutor yang menangani mahasiswa pemula.