Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beasiswa, Si Pemicu Prestasi

Kompas.com - 19/12/2012, 13:05 WIB
Ida Setyorini

Penulis

KOMPAS.com - ”Saya sering mendapat beasiswa. Sekarang saya menerima beasiswa dari kampus, beasiswa dari Menpora, dan beasiswa dari hasil kerja sama PB Pasi dan Bank Mandiri,” kata sprinter nasional, Serafi Anelies Unani, yang juga mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Surabaya.

Mungkin kita bertanya-tanya mengapa Serafi bisa mendapat begitu banyak beasiswa dengan mudahnya? Sebenarnya tidak semudah itu dia mendapatkan beasiswa.

Sebelum mendapatkan beasiswa, Serafi yang senang olahraga ini dengan serius menekuni atletik. Dia memilih spesialisasi nomor sprint alias lari jarak pendek. Dia tampil sebagai juara nasional yunior dan memegang rekor nasional remaja nomor lari 400 meter putri sejak 6 Agustus 2006.

Prestasinya terus berlanjut sampai jenjang senior. Selain malang melintang di lintasan nasional, Serafi juga punya nama di tingkat internasional. Dia mempersembahkan medali emas nomor bergengsi 100 meter putri di SEA Games Palembang 2011. Dia juga meraih perunggu nomor 100 meter putri di ASEAN University Games 2012 di Vientiane, Laos, 16-20 Desember.

Senada dengan Serafi, Triyaningsih juga mendapat beasiswa karena prestasinya sebagai pelari jarak jauh nasional dan pemegang lima rekor nasional.

”Beasiswa merupakan salah satu pemicu saya dalam menekuni olahraga. Beasiswa juga pemicu saya untuk menyelesaikan kuliah,” ungkap peraih tiga emas di SEA Games 2011 ini. Prestasi terakhirnya adalah meraih medali perak nomor 10.000 meter putri di ASEAN University Games 2012.

Rekan Serafi yang juga sesama sprinter, Tri Setyo Utami, mendapat beasiswa karena prestasinya di atletik. Dia meraih beasiswa sejak semester dua di Jurusan Pendidikan Kepelatihan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.

Atlet sprint putra Zulkarnain Purba bahkan sejak SMP di Medan hingga kuliah di STEI Rawamangun, Jakarta, selalu mendapat beasiswa.

Konsekuensi berbeda

Di luar atletik, banyak pula cabang olahraga yang mendatangkan beasiswa, misalnya bola basket, tinju, sepak bola, dayung, senam, dan berbagai olahraga bela diri. Beasiswa ini bisa berasal dari sekolah atau kampus, negara, pemerintah daerah, perusahaan, atau klub. Setiap beasiswa memiliki konsekuensi berbeda.

Beasiswa dari kampus biasanya untuk atlet amatir. Mereka tidak boleh tampil di liga profesional dan wajib membela kampusnya dalam setiap pertandingan. Mereka yang pernah menerima beasiswa seperti ini, antara lain, adalah Denny Yustiadi. Dia menerima beasiswa dari STIE Perbanas karena prestasinya sebagai pemain basket. Alhasil, dia pun tampil di liga basket mahasiswa.

”Waktu itu, beasiswa saya tidak penuh, hanya sebagian,” kata Denny yang populer sebagai streetballer dan memiliki julukan D-Rockz itu.

Dua pemain basket populer lainnya, Amin Prihantono dan Wenda Wijaya, dulu juga menerima beasiswa dari kampusnya, STIE Perbanas. Namun, karena kemudian bergabung dalam klub basket profesional Satria Muda Jakarta, mereka pun melepas beasiswa tersebut. Sebagai gantinya, mereka mendapat beasiswa dari klub.

Mantan pemain basket nasional dan streetballer Anthony Gunawan juga mendapat tawaran beasiswa dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Namun, dia memutuskan tidak mengambil beasiswa tersebut dan hijrah ke Jakarta untuk bergabung dengan klub Aspac. Dia akhirnya mendapat beasiswa klub untuk melanjutkan studi di Fakultas Teknik, Universitas Trisakti, Jakarta.

”Biar cengengesan begini, kuliah saya selesai dan bergelar sarjana teknik,” kata Anthony yang juga menjadi pengusaha dan berniat mengambil studi lanjutan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com