"Tren bisnis global sudah dilakukan oleh Jepang, dan kini melalui sektor pendidikan mereka tengah menyiapkan sumber daya manusia global. Universitas harus menjadi wadah atau jembatan yang menghasilkan sumber daya manusia berkualitas menghadapi era global saat ini dan nanti," ujar Dahlan Nariman, Vice Dean of Admission-Associate Professor Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), di Beppu, Jepang, Rabu (18/6/2014).
Salah satu masalah orang Jepang, menurut Dahlan, adalah komunikasi. Setelah era Perang Dunia kedua hingga saat ini, Jepang termasuk negara maju, tetapi bukan merupakan negara multikultur. Jepang cenderung lambat untuk mengadaptasi konsep multibangsa dan budaya.
"Tidak seperti negara maju lainnya, misalnya Amerika Serikat, yang sangat terbiasa dengan interaksi dengan dunia luar," ujar Dahlan.
"Tapi Ritsumeikan APU sudah lebih dulu hadir dengan konsep itu dan berhasil. Kami tentu sangat mengapresiasi Pemerintah Jepang dengan konsep tersebut," kata Dahlan.
Setiap tahun Ritsumeikan APU menerima 1.300 mahasiswa internasional sehingga kampus tersebut berupaya menciptakan lingkungan yang benar-benar global. Jika dijumlahkan, sebetulnya total seluruh mahasiswa di universitas ini tidak begitu besar, yaitu hanya berkisar 6.000 orang yang terbagi dalam College of Asia Pacific Studies dan International Management.
Dengan catatan itu, APU tampak tak jauh berbeda dengan universitas di mana pun. Namun, pembeda paling mencolok antara APU dan perguruan tinggi pada umumnya adalah komposisi mahasiswa dan tenaga pendidiknya. Sebanyak 50 persen dari 6.000 mahasiswa APU adalah orang asing atau non-Jepang yang datang dari 84 negara. Tenaga pendidiknya juga datang dari 28 negara berbeda.
"Inilah yang menjadikan Ritsumeikan APU sebagai kampus internasional dan menjadi daya tarik tersendiri. Kami pakai konsep 50, yaitu 50 persen mahasiswa asing dan 50 persen mahasiswa Jepang. Ada 50 persen tenaga pengajar asing dan 50 persen tenaga pengajar Jepang. Bahasa pun 50 persen dengan bahasa Inggris dan 50 persen dengan bahasa Jepang," ujar Dahlan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.