Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memperkuat Kolaborasi, Mendorong Jokowi Meningkatkan Dana Penelitian

Kompas.com - 20/11/2014, 11:58 WIB
Latief

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Perbaikan pada sistem pendanaan riset harus segera dilaksanakan. Peningkatan jumlah pendanaan tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh pada hasil dan kualitas penelitian Indonesia.

Demikian hal itu mengemuka pada pembukaan 'Global Education Dialogues (GED): The East Asia Series 2014-2015' di Medan, Kamis (20/11/2014), yang diselenggarakan British Council bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia (Dikti), serta Forum Rektor untuk Kerjasama Internasional. Dialog dihadiri perwakilan pemerintah, perguruan tinggi, peneliti dan pakar pendidikan Indonesia dan Inggris, serta ASEAN itu akan memberikan kesempatan membahas pendanaan penelitian dan isu-isu lainnya yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi proses pembuatan keputusan oleh susunan pemerintahan baru RI.

"Penelitian saat ini harus digerakkan secara internasional dan dapat menghubungkan berbagai pihak untuk mencapai skala yang diinginkan. Penerapan pengetahuan global dan gagasan-gagasan baru memungkinkan adanya peningkatan produktivitas di berbagai bidang, mulai pertanian, industri, kesehatan, dan lainnya," ujar Director of Education British Council Indonesia, Teresa Birks.

Birks menambahkan, komitmen Presiden RI Joko Widodo untuk meningkatkan keunggulan penelitian merupakan berita baik dan perlu mendapat dukungan kerjasama penelitian internasional. Salah satu contoh dukungan itu, misalnya, melalui program Newton Fund, yaitu sebuah program pendanaan sebesar 375 poundsterling atau setara Rp 7,1 triliun yang akan disalurkan ke-15 negara, termasuk Indonesia.

Saat ini, pengeluaran di bidang riset di Indonesia terbilang rendah, yaitu sekitar 0,09 persen dari PDB. Salah satu upaya pemerintah mendorong hal itu adalah kemungkinan penggabungan Dikti dengan Kementerian Riset dan Teknologi. Di sisi lain, Presiden terpilih juga menyatakan akan meningkatkan dana penelitian tersebut, baik di perguruan tinggi maupun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Deputi Direktur Direktorat Kelembagaan Dikti, Dr Purwanto Subroto, menambahkan bahwa banyak tantangan global saat ini tengah dihadapi perguruan tinggi. Kebutuhan kolaborasi menjadi satu keharusan untuk bisa menghadapi tantangan tersebut, baik dengan perguruan tinggi di Indonesia sendiri maupun dengan perguruan tinggi internasional.

"Harus sudah ada kesadaran untuk membangun strategic networking. Konsep internasionalisasi dalam berbagai bentuknya, termasuk dalam pendidikan, dan bagaimana implementasinya menjadi satu arah yang penting saat ini," kata Purwanto.

Mahasiswa internasional

Director of UK Higher Education International Unit, Vivienne Stern, dalam presentasinya menambahkan bahwa kekuatan kerjasama dan kolaborasi internasional sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan global di bidang pendidikan. Saat ini, lebih dari setengah jumlah staf akademik (dosen) internasional di Inggris berasal dari luar negara itu.

"Menginternasionalisasikan kerjasama pendidikan adalah keharusan bagi kami sehingga kami juga menyarankan para pelajar di Inggris untuk pergi menimba ilmu ke luar," ujar Stern.

Stern melanjutkan, saat ini ada 166 perguruan tinggi di Inggris dengan total jumlah mahasiswa mencapai 2,3 juta mahasiswa dan 181.000 staf.

"Setiap tahun ada 13 persen dari jumlah total itu terdiri dari mahasiswa internasional," ujarnya.

Adapun dari jumlah itu, pelajar asal Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Inggris mencapai 1.665 mahasiswa. Angka itu naik 45 persen sejak 2009/2010 lalu.

"Ada 365 kerjasama internasional untuk double degree antara perguruan tinggi Indonesia dan Inggris," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com