Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Gratis Tidak Sekadar Wacana

Kompas.com - 02/04/2015, 15:34 WIB

oleh Adi Sucipto/Agnes Swetta Pandia

Di depan Taman Makam Pahlawan Kota Blitar, Jawa Timur, Senin (30/3/2015) sekitar pukul 06.00. Bus sekolah bergantian berhenti, begitu pula angkutan kota yang mengantar-jemput siswa. Sejumlah siswa turun dan berjabat tangan seraya menyampaikan terima kasih kepada kondektur atau sopir angkutan kota.

Para siswa pun bersemangat menuju sekolah masing-masing di sekitar Monumen Pembela Tanah Air (Peta), yakni SMPN 6, SMPN 5, SMPN 3, dan SMKN 3. Di gerbang SMPN 6, sudah menunggu seorang guru, Yulistiyo Nor. Siswa yang datang pun langsung bersalaman dan mencium tangan sang guru.

Siswa asli Kota Blitar semakin bersemangat sekolah. Seluruh biaya sekolah antara lain sumbangan pendidikan, seragam, buku, alat tulis, sepatu, kaus kaki, dan seragam gratis. Mereka pun tak perlu mengeluarkan uang untuk biaya angkutan ke sekolah.

Bus-bus sekolah dan angkutan sudah siap menjemput dan mengantar mereka ke sekolah sejak pukul 05.30. Pulang sekolah selama pukul 12.00 hingga pukul 14.00 pun demikian.

Khusus fasilitas antar-jemput gratis tidak hanya dinikmati pelajar Kota Blitar, tetapi juga siswa dari Kabupaten Blitar. Siswa yang tercatat sebagai warga Kota Blitar, seluruh kebutuhan sekolahnya sudah dibiayai APBD, bahkan siswa berprestasi dan tidak mampu mendapatkan perangkat sabak atau tablet.

Ajis Kurniawan, kelas III F SMPN 6 Blitar, menuturkan, dengan digratiskannya semua biaya sekolah, dirinya semakin fokus belajar. Tidak ada tarikan iuran apa pun sejak dia duduk di kelas I. ”Tas, sepatu, seragam, dan buku-buku juga tidak perlu beli lagi,” katanya bangga.

Kepala SMPN 6 Muklas menyampaikan dampak digratiskannya semua keperluan sekolah siswa melalui APBD sejak 2011, membuat sekolah lebih fokus memacu prestasi. Siswa juga menjadi lebih disiplin dan tidak ada alasan absen karena menunggak biaya sekolah.

”Kalau ada yang bolos dan tertangkap satuan polisi pamong praja, ketentuannya kepala sekolah, guru bimbingan, dan konseling atau wali kelas dan orangtua wajib menjemput. Jadi, kan, malu,” tutur Muklas.

Fokus cari nafkah

Program pendidikan gratis betul-betul dirasakan, termasuk orangtua siswa. Winarto, warga Gedok, Kecamatan Sananwetan, menjelaskan, dengan pendidikan gratis, orangtua tinggal fokus mencari nafkah dan menunjang kebutuhan referensi buku bagi anak-anaknya. ”Kalau di sini semua betul-betul gratis, kalau pun beli seragam sendiri itu untuk cadangan,” katanya.

Kepala SMAN 3 Blitar Rudy Hartono juga merasa sekolah lebih fokus memikirkan peningkatan kualitas tidak lagi ribet soal pengadaan seragam, sepatu, dan alat tulis sekolah. Semua kebutuhan itu disiapkan Pemkot Blitar.

”Kami bisa konsentrasi melengkapi fasilitas penunjang, seperti setiap kelas ada kamera tersembunyi untuk memantau kegiatan belajar-mengajar, melengkapi peralatan dan penunjang belajar, serta membiayai siswa untuk ikut lomba. ”Setiap Senin kalau bisa selalu ada piala atau pengumuman tentang prestasi siswa,” katanya.

Sekolahnya saat ini memiliki 839 siswa dari 26 lokal, dengan komposisi siswa 75 persen asal Kota Blitar dan 25 persen asal Kabupaten Blitar. Mulai tahun 2016, komposisinya menjadi 85 persen kota dan 15 persen kabupaten. ”Siswa asal kabupaten tinggal membayar SPP Rp 100.000, itu pun untuk siswa dari kalangan tak mampu ada yang dibebaskan atau membayar separuh saja,” kata Rudy.

Upaya Pemkot Blitar menggratiskan berbagai biaya sekolah dan memberi fasilitas tablet didukung Dewan Pendidikan Kota Blitar. Pemberian fasilitas itu dinilai bermanfaat dan tak sia-sia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com