Samakan Penyandang Autisme dengan Orang yang Asyik dengan Ponsel, Mamah Dedeh Dikritik

Kompas.com - 31/07/2015, 04:42 WIB
Hindra Liauw

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com — Penceramah Dedeh Rosidah atau Mamah Dedeh dikritik lantaran menyamakan penyandang autisme dengan orang yang terlalu asyik dengan gawai atau gadget. Hal ini diungkapkan ketika Mamah Dedeh bercemarah di sebuah stasiun televisi pada pertengahan Juli 2015.

"Maaf, saya sekarang lihat banyak orang yang autis gara-gara HP (handphone). Ada saudaranya, ada lakinya, ada anaknya, ngariung duduk, cengar-cengir aja sendirian begini, kayak orang gokil," ujar Mamah Dedeh.

Seorang penyandang autisme, Istiaq Mumu, pun membuat petisi online di Change.org. Melalui petisi tersebut, Istiaq mengatakan, alih-alih mengedukasi tentang autisme sebagai gangguan tumbuh kembang pada anak, Mamah Dedeh malah terkesan menjadikannya sebagai bahan olok-olok.

"Sebagai seorang pendakwah, seharusnya Mamah Dedeh memastikan terlebih dahulu agar ucapan yang dilontarkan oleh dia tidak menyinggung anak yang tidak bersalah ataupun melukai hati orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus atau ABK," ucap Istiaq.

"Dengan menggunakan kata 'autis' sebagai kata cemoohan, maka bertambah lagi satu mata pisau yang harus saya hadapi setiap hari yang bisa ditancapkan ke saya oleh orang-orang awam di sekitar saya," katanya.

"Autisme bukan sebuah bahan lelucon, autisme bukan sebuah ejekan. Ia adalah sebuah gangguan tumbuh kembang pada anak yang memerlukan penanganan khusus dan penerimaan dari masyarakat, bukan dijadikan cemoohan atau ejekan," katanya.

Berikut ini petisi online tersebut:

Pada tanggal 14 Juli 2015 yang lalu, Mamah Dedeh dalam acaranya menggunakan kata "Autis" sebagai penyebutan bagi orang yang apatis terhadap lingkungannya karena terlalu asyik dengan gawai (gadget) mereka. Pengguna kata autis yang dilakukan public figure seperti pada kasus Inul (yg lalu meminta maaf), kasus band Syauqi yg menggunakannya dalam lirik lagu mereka, dapat menimbulkan efek buruk.

Alih-alih mengedukasi tentang austime sebagai gangguan tumbuh kembang pada anak, hal ini malah membudayakan hal yang salah, bahwa autisme itu adalah sesuatu yang bisa dijadikan bahan olok-olok ejekan, sehingga masyarakat menganggap hal yang salah ini sebagai sebuah kewajaran dan dianggap biasa saja. Saya sebagai anak penyandang autis merasa sedih bahwa keistimewaan saya dijadikan bahan olok-olok atau dipakai untuk mencemooh orang lain.

Mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan, pergulatan saya setiap hari untuk bisa memahami interaksi sosial yang terjadi di sekeliling saya, bahwa saya harus menerima ejekan karna saya berbeda. Dengan menggunakan kata "Autis" sebagai kata cemoohan, maka bertambah lagi satu mata pisau yang harus saya hadapi setiap hari yang bisa ditancapkan ke saya oleh orang-orang awam di sekitar saya.

Sebagai seorang pendakwah, seharusnya Mamah Dedeh memastikan terlebih dahulu agar ucapan yang dilontarkan oleh dia tidak menyinggung anak yang tidak bersalah ataupun melukai hati orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus atau ABK.

Autisme bukan sebuah bahan lelucon, autisme bukan sebuah ejekan. Ia adalah sebuah gangguan tumbuh kembang pada anak yang memerlukan penanganan khusus dan penerimaan dari masyarakat, bukan dijadikan cemoohan atau ejekan. Atas nama anak berkebutuhan khusus autisme lainnya, saya meminta Komisi Penyiaran Indonesia mengambil tindakan yang perlu untuk melarang penggunaan kata "Autis" sebagai ejekan bagi orang yg apatis karena keasyikan menggunakan gawai, baik berupa himbauan dan/atau teguran.

Kami juga menuntut agar PT Indosiar Visual Mandiri dan Mamah Dedeh mengeluarkan permintaan maaf secara publik karena menggunakan kata "autis" secara sembarangan, dan tidak lagi mengulangi hal tersebut. Kami meminta agar Mamah Dedeh maupun para pendakwah, selebritis dan pembawa acara tidak menggunakan kata autis secara sembarangan. Hormati Anak Berkebutuhan Khusus. Mereka berhak dihormati layaknya manusia lainnya.

Petisi ini dapat dibaca di sini:

Stop Menggunakan Kata "Autis" sebagai Ejekan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemendikdasmen Minta Guru Tak Tergiur Janji Kelulusan Seleksi PPG Guru Tertentu 2025

Kemendikdasmen Minta Guru Tak Tergiur Janji Kelulusan Seleksi PPG Guru Tertentu 2025

Edu
Jurusan UI dengan Biaya Uang Pangkal Termahal di Jalur Mandiri, Kedokteran Berapa?

Jurusan UI dengan Biaya Uang Pangkal Termahal di Jalur Mandiri, Kedokteran Berapa?

Edu
10 Jurusan UI dengan Uang Pangkal Termurah Jalur Mandiri SIMAK UI 2025

10 Jurusan UI dengan Uang Pangkal Termurah Jalur Mandiri SIMAK UI 2025

Edu
Apa Jadinya Bumi Tanpa Serangga? Simak Penjelasan Pakar IPB

Apa Jadinya Bumi Tanpa Serangga? Simak Penjelasan Pakar IPB

Edu
Siswanya Banyak Diterima Kampus Top Dunia, Ini Biaya SMA Pradita Dirgantara

Siswanya Banyak Diterima Kampus Top Dunia, Ini Biaya SMA Pradita Dirgantara

Edu
Cek 2 Sekolah Kedinasan Tanpa Syarat Tinggi Badan, Bisa Kuliah Gratis

Cek 2 Sekolah Kedinasan Tanpa Syarat Tinggi Badan, Bisa Kuliah Gratis

Edu
Tunjangan Insentif Guru Non-ASN di RA dan Madrasah Cair Juni 2025, Cek Kriterianya

Tunjangan Insentif Guru Non-ASN di RA dan Madrasah Cair Juni 2025, Cek Kriterianya

Edu
Tren Pekerjaan yang Akan Melejit dan Merosot di Tahun 2030

Tren Pekerjaan yang Akan Melejit dan Merosot di Tahun 2030

Edu
Kecurangan UTBK SNBT 2025 dan Robohnya Integritas, Perlu Ganti Sistem?

Kecurangan UTBK SNBT 2025 dan Robohnya Integritas, Perlu Ganti Sistem?

Edu
Seleksi PPG Guru Tertentu 2025 Dibuka 3 Batch, Ini Kriteria Guru yang Bisa Ikut

Seleksi PPG Guru Tertentu 2025 Dibuka 3 Batch, Ini Kriteria Guru yang Bisa Ikut

Edu
Program Wajib Belajar 13 Tahun Akan Diatur dalam RUU Sisdiknas

Program Wajib Belajar 13 Tahun Akan Diatur dalam RUU Sisdiknas

Edu
Guru Besar Pertama Polimedia Tegaskan Peran Penting Pendidikan Pancasila di Era Digital

Guru Besar Pertama Polimedia Tegaskan Peran Penting Pendidikan Pancasila di Era Digital

Edu
Mahasiswi FK Unhas Jadi Joki UTBK, Punya IPK Tinggi dan Peserta Olimpiade Sains

Mahasiswi FK Unhas Jadi Joki UTBK, Punya IPK Tinggi dan Peserta Olimpiade Sains

Edu
Beasiswa 'Fully Funded' LPDP-UIII 2025 untuk Kuliah S3 Dibuka, Ada 4 Pilihan Prodi

Beasiswa "Fully Funded" LPDP-UIII 2025 untuk Kuliah S3 Dibuka, Ada 4 Pilihan Prodi

Edu
Dedi Mulyadi Akan Jemput Anak Tak Patuh, Orangtua: Mau Dibawa ke Mana?

Dedi Mulyadi Akan Jemput Anak Tak Patuh, Orangtua: Mau Dibawa ke Mana?

Edu
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau