Bynca mengaku belum pernah sekalipun berkunjung ke Korea. Namun, ia berhasil menghasilkan sebuah novel berjudul “Secret of Hearts” yang mengisahkan kehidupan remaja Korea.
"Tantangan terbesar saya adalah setting tempat, karena saat itu saya belum pernah ke Korea Selatan. Saya belum tahu kondisi dan cara mengakses tempat tersebut dan hanya memiliki kesempatan untuk mencarinya di internet," ungkap Byanca, Senin (12/10/2015).
Selain itu, lanjut dia, bisa menulis novel bertemakan Korea adalah karena kecintaannya dengan film drama dan musik Korea sejak sekolah menengah pertama.
"Saya menyukai Korea melalui K-Drama dan lagu-lagunya yang easy listening," tuturnya.
Tak ubahnya Bynca, Pretty Angelina (25) juga menjadi salah satu pemenang PSA 2015. Hanya, dia mengaku tak begitu menggandrungi K-Pop. Berkat kegigihannya mengikuti kompetisi dan pergi ke Korea, Pretty bisa menyelesaikan novel dewasa Korea berjudul “Dae-ho’s Delivery Service”.
"Sebenarnya, saya belum bisa disebut K-Popers sejati, jadi pengetahuan saya tentang Korea termasuk nihil," kata Pretty.
Namun demikian, dia sangat menyukai keunikan kultur Korea Selatan.
"Kultur Korea menurut saya unik. Setelah berkunjung ke Seoul saya baru tahu banyak bangunan dari zaman kerajaan dulu. Orang-orangnya juga pekerja keras dan disiplin,” katanya.
Namun demikiian, Pretty bisa menghasilkan novel berkat kecintaannya terhadap drama Korea. Novel-novel tersebut dinilai perlu ditingkatkan kualitas pengetahuan penulisnya.
Minim pengetahuan
Kompetisi PSA 2015 yang berjalan selama 2,5 bulan itu berhasil menghimpun sekitar 443 naskah. Naskah yang terpilih sebagai pemenang telah diterbitkan oleh Penerbit Grasindo.
Asistan Manajer Penerbit Grasindo dan Ketua Panitia PSA 2015 Ariobimo Nusantara mengaku gembira dengan antusiasme para penulis muda yang mengikuti kompetisi ini.
"Peserta PSA belum pernah ke Korea, namun mereka bisa menulis novel bertema Korea dengan baik,” katanya.
Hal senada diungkapkan oleh Profesor Tengsoe, orang Indonesia yang mengajar di Universitas Hankuk Korea. Menurut dia, kelebihan pada novelis itu adalah tidak pernah datang ke Korea, tapi sangat memahami Korea.