Awal tahun 2007 saya mulai bekerja di industri manufaktur. Dalam keadaan pengalaman nol di bidang industri saya harus mengurus berbagai hal berkenaan dengan persiapan produksi sebuah perusahaan baru.
Salah satu masalah yang saya hadapi adalah mesin-mesin yang diimpor sudah tiba di pelabuhan, dan harus diurus proses kepabeanannya (custom clearance). Tentu saja saya tak tahu apa yang harus dilakukan.
Waktu itu kami masih menumpang di kantor perusahaan grup, menunggu kantor dan pabrik kami selesai dibangun.
Karena karyawan juga masih sedikit, banyak hal yang dimintakan bantuannya kepada karyawan perusahaan grup, dan mereka dibayar ekstra atas bantuan ini. Termasuklah dalam urusan impor tadi.
Saya minta asisten manajer yang mengurusi ekspor impor untuk mengajari saya, dan dia setuju. Di ruang rapat dia menyodorkan kertas bertuliskan istilah-istilah yang biasa dipakai dalam kegiatan ekspor impor.
“Bapak ngerti nggak istilah-istilah ini?” tanya dia.
“Nggak.” jawab saya.
“Aduh, inilah susahnya kalau harus mengajari orang yang tidak punya latar belakang perdagangan internasional,” kata dia ketus.
Saya melongo. Kalau saya punya latar belakang perdagangan internasional, tentu saya tidak perlu bertanya sama dia. Tapi sudahlah. Saya perlu urusan saya beres, jadi saya dengarkan dia dengan sabar.
Dia menjelaskan ini itu, yang sebenarnya tidak jelas juga. Akhirnya berbekal sedikit informasi saya berurusan dengan perusahaan jasa kepabeanan (forwarder) yang dia tunjuk.
Banyak dokumen kurang ini itu, ribut, sampai akhirnya barang bisa tiba ke pabrik meski terlambat dari jadwal.
Setelah itu kami pindah kantor. Menjelang pindah kantor dia menawarkan. “Nanti kalau mau ekspor hubungi saya, biar saya bantu.” katanya. Saya cuma mengangguk.
Di kantor baru, saat akan impor saya undang forwarder. Saya minta mereka menjelaskan apa yang harus kami siapkan, dan apa yang mereka urus. Juga berapa lama waktu yang diperlukan.
Berdasarkan itu kami mulai melakukan proses custom clearance untuk impor kami selanjutnya. Saya tidak perlu tahu detil soal impor, yang penting cukup untuk keperluan mengeluarkan barang kami dari pelabuhan. Walhasil, impor kami lancar tanpa masalah. Saat mau ekspor pun begitu. Semua berjalan lancar.
Saat ketemu dia lagi beberapa bulan setelah kami pindah, dia bertanya, “Pak, kapan mau mulai ekspor? Kan saya mau bantu.”